Rabu 13 Apr 2016 16:31 WIB

Dari Keluarga, Anak Mengenal Nilai-Nilai Agama

Siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Seruni Indah belajar di bangunan majelis taklim swadaya masyarakat, Kalijodo, Jakarta, Selasa (16/2).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Anak berdoa. (ilustrasi)

Ada beberapa teori mengenai rasa ketergantungan (Sense of Depend). Teori ini dikemukakan oleh Thomas van Aquino melalui teori Four Wishes. Menurutnya, manusia dilahirkan ke dunia ini memiliki empat keinginan yaitu: keinginan untuk mendapatkan perlindungan (security), keinginan untuk mendapatkan pengalaman baru (new experience), keinginan untuk mendapatkan tanggapan (response) dan keinginan untuk dikenal (recognation).

Teori yang kedua adalah insting keagamaan—yang menurut Woodsworth insting ini terbentuk semenjak anak mulai mengenal fungsi-fungsi kejiwaan dari lingkungan tempat ia tinggal. Teori kedua inilah yang menjadi pijakan dasar kita semua bahwa hal terpenting yang harus dipriotitas dan dikuatkan adalah pengetahuan tentang agama dan penanaman nilai-nilai kebaikan.

Dalam buku The Development of Religious of Children karya Ernest Harms, perkembangan agama pada anak-anak melalui tiga fase (tingkatan), yaitu The Fairy Tale Stage (Tingkat Dongeng— usia 3 hingga 6 tahun) dimana anak lebih menyukai sesuatu jika diceritakan sekaligus melatih kemampuan imajinasinya. Tingkatan kedua yaitu The Realistic Stage (Tingkat Kenyataan—usia masuk sekolah dasar hingga remaja), fase yang menghendaki pembuktian sederhana atas pengalaman beragama mereka.

Dan fase terakhir adalah The Individual Stage (Tingkat Individu) yakni masa-masa remaja hingga orangtua yang lebih menekankan kesadaran beragama pada tiap individu serta bagaimana pengalaman beragama mereka mampu membuat mereka lebih sadar dan dekat akan keberadaan Sang Pencipta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement