REPUBLIKA.CO.ID, Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) kini mulai mengembangkan dunia pendidikan tidak hanya sebatas pendidikan dasar umum, tetapi mereka mulai mencetak anak-anak didik mereka bisa hafal sekaligus menterjemahkan Al Quran (Hafiz Quran).
Konsep SDIT baru ini diharapkan anak didik pada saat lulus nanti bisa menghafal sekaligus menterjemahkan Al Quran. Konsep inilah yang sekarang diterapkan dan pertama kali di Jakarta oleh SDIT Al Huda Kelapa Gading Jakarta Utara.
"Kita sudah mengembangkan suatu pendidikan dimana diharapkan anak didik ini ketika lulus dari SD bisa menguasai Al Quran, bahkan bisa menterjemahkan Al quran." kata Haris Bobiho Ketua Yayasan Al Huda dalam acara Launching Tamyiz SDIT Al Huda, di Kelapa Gading Jakarta Utara, Sabtu (9/4/2016).
Menurut Haris, Ini meruapakan konsep baru yang sudah dirintis dan In Shaa Allah sudah dibuktikan di beberapa tempat dan hari ini diperkenalkan sistem ini ke masyarakat.
"Sistem pembelajarannya memfungsikan otak kiri dan otak kanan. Kemudian proses belajarnya bukan klasikal atau tidak hanya di kelas, tetapi bisa di dalam masjid, bisa di Taman. Jadi pendekatan belajarnya supaya anak-anak tetap ceria dan nyaman dalam belajarnya. Sehingga mereka dalam belajar itu tidak tegang." ujar Haris Bobiho yang juga menjabat wakil ketua DPRD Jawa Barat.
Untuk pendidikannya sendiri, kata dia, akan. Dikategorikan dalam dua tahap yaitu kelas 1 sampai 3 itu penedekatannya sama dengan Taman Kanak-Kanak. Kemudian setelah mereka bisa membaca Quran, Tahap 2 yaitu mengenalkan terjemahannya yaitu pada kelas 4 sampai 6.
"Kalau SDIT yang lain mereka hanya menghafal juz amma, tetapi disini ada program Nahwu Shorof dan menterjemahkan Al Quran. Nahwu Shorof itu adalah ilmu alat untuk memahami Al Quran. Di Jakarta baru SDIT Al Huda." kata dia.
Menurut Haris, pada prinsipnya program pendidikan di SDIT tetap mengacu pada program pendidikan nasional yaitu kurikulum 2013, seperti ada juga program IT, bahasa Inggris dan bahasa Arab. Ekstra kurikuler juga ada taekwondo, futsal dan lainnya, termasuk kegiatan outbound. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, sudah di konsep juga program studi banding ke sekolah-sekolah teladan dan unggulan nasional.
" Saya merintis yayasan ini sejak tahun 1980, dan ternyata pendidikan anak muslim itu tidak sekedar belajar pengetahuan umum, tetapi mereka harus mampu menguasai Al Quran. Untuk siswa sendiri cukup 2 kelas, 1 kelas 20 orang supaya efektif." ujar Haris.