REPUBLIKA.CO.ID, MARYLAND -- Riset terbaru dari Universitas Maryland, Amerika Serikat, temukan bahwa frustasi akibat diskriminasi dapat menjadi dorongan seseorang masuk ke dalam lingkaran terorisme.
Dilansir dari DBK News, Jumat (11/3), penelitian yang melibatkan 198 partisipan Muslim yang tinggal di Amerika Serikat tersebut mengungkap banyak imigran Muslim yang diganggu dan alami diskriminasi. Situasi tersebut dapat menimbulkan faktor di mana individu memutuskan untuk mengambil langkah radikal.
"Ini adalah masalah global yang besar, terorisme," ujar Profesor Psikologi Universitas Maryland, Michele Gelfand.
Dia menegaskan masalah besar tersebut memiliki latar belakang psikologi pula. Maka untuk memeranginya, masyarakat harus paham apa yang berada di balik masalah tersebut.
Dari 198 imigran Muslim yang menjadi partisipan, sebagian merasa mereka telah menjadi korban diskriminasi, dan terasing secara budaya. Peneliti yang terlibat dalam studi tersebut, Sarah Lyons-Padilla, menjelaskan imigran yang merasa terasing itu memiliki anggapan mereka tak diterima di masyarakat Amerika.
"Seperti tempat mereka tidak benar-benar dalam masyarakat Amerika, atau dalam warisan kebudayaan mereka," jelas Lyons-Padilla, mengenai situasi yang dihadapi imigran terdiskriminasi.
Orang-orang yang merasa terdiskriminasi karena agama mereka kemudian dirundung keputusasaan. Mereka merasa tidak memiliki peran di masyarakat. Riset sebelumnya membuktikan pula bahwa orang-orang yang memiliki perasaan semacam ini berisiko tinggi menjadi seorang radikal.
Hal itu dapat terjadi karena kelompok radikal dapat memberikan perasaan senasib sepenanggungan, mereka menyambut dengan tangan terbuka. "Pesan kami ialah orang-orang yang termarginalkan butuh rumah, antara mereka pergi menemukan rumah di Amerika Serikat, atau ISIS akan menawarkan tempat tinggal bagi mereka," lanjut Gelfand.
Lyons-Padilla menambahkan pula, penting untuk merangkul masyarakat, terutama para imigran. Pastikan mereka mendapat tempat dan sambutan. Dia memperingatkan, jika masyarakat tidak melakukan hal tersebut, sama seperti membiarkan risiko besar menghantui.