Jumat 11 Mar 2016 11:24 WIB

Makkah Itu Hatinya ‘Muslim Jawah’

Rombongan jamaah haji menuju Arafah untuk melaksanakan wukuf tahun 1935.
Foto:
Muslim memakai surban di zaman kerajaan.

Pada akhir 18, keterikatan dengan Makkah tersebut, kemudian juga berimbas pada munculnya aksi perlawanan terhadap penjajahan Barat.

Sekitar tahun 1771 ulama masyhur asal Palembang yang tinggal di Makkah Abdussamad al-Palembani, menulis surat (dalam bahasa Arab) kepada Sultan Hamengubuwono I dan kepada Pangeran Singosari (putra Amangkurat IV). Isi suratnya adalah menyerukan seruan jihad atau melakukan perlawanan kepada penjajah barat yang kafir. Surat ini tersebar sebelum datangnya bulan Ramadhan dan ditempelkan di berbagai masjid yang ada di Solo, Ponorogo, dan Patiyaminan.

Pada tahun 1786, surat dari ulama Makkah pun beredar kembali. Kali ini menyerukan agar orang yang ‘lalai agar bangkit dan siuman untuk melakukan perlawanan. Sekitar 18 tahun sesudahnya juga beredar surat lagi di kalangan masyarakat Jawa di Mataram yang isinya ‘menuduh pihak Susuhan (raja,red) bersekutu dengan Eropa kafir’.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement