REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Radikalisme menjadi salah satu masalah utama yang dihadapi umat Islam secara global. Untuk itu, Muslim Indonesia dan Inggris berbagi pemahaman menghadapi kehadiran paham radikalisme.
Imam Senior Masjid Makkah Leeds, Imam Qari Asim, mengungkapkan salah satu masalah yang dihadapi umat Islam di Inggris, adalah indoktrinisasi yang menyerang kaum muda. Bahkan, acap kali doktrin coba ditanamkan kepada pemuda mengajak Muslim Inggris, untuk bertindak tidak berdasarkan Al Qur'an dan Hadis.
Selain itu, ia mengatakan banyak imam-imam yang ada di Inggris tidak memiliki latar belakang pendidikan yang memadai, serta datang dari negara-negara lain. Akibatnya, lanjut Qari Asim, imam-imam itu akan membawa tradisi-tradisi Islam di negara asal mereka, yang tentu akan diajarkan ke umat Muslim di Inggris.
"Mereka membawa identitas Islam dari asal mereka ke umat Islam Inggris," kata Qari Asim, Senin (29/2).
Senada, Ketua PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan kalau umat Islam di Indonesia, juga menghadapi permasalahan doktrinisasi di kalangan muda. Ia berpendapat, kaum muda yang tengah mencari identitas akan mudah terpengaruh, dengan interpretasi Islam yang berasal dari luar.
Ia menerangkan, langkah yang diambil umat Islam di Indonesia menghadapi persoalan itu adalah dengan menerima nilai yang berbeda dari Islam, salah satunya lewat Pancasila. Umat Islam di Indonesia, lanjut Dahnil, menganggap Pancasila sebagai aplikasi dari syahadat, sehingga umat Islam di Indonesia mampu menangkis paham radikalisme.
"Kami selalu mencoba menerima value Islam yg berbeda untuk mempersatukan, misal lewat Pancasila," ujar Dahnil.