REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Institut Islam Al-Azhar Myanmar, Myint Thein, mengunjungi kantor Harian Republika pada Jumat (26/2). Dalam kunjungan tersebut, Thein mengungkapkan sejumlah problem yang dihadapi komunitas Muslim di negaranya.
Ia mengatakan, selain persoalan hak kewarganegaraan, masalah lain yang dihadapi komunitas Muslim di sana adalah perihal pendidikan. Banyak kalangan muda Muslim Myanmar, kata dia, yang tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya hingga ke jenjang perguruan tinggi. Akibatnya, terjadi krisis regenerasi kepemimpinan di komunitas Muslim Myanmar.
Thein berharap, ada sejumlah universitas di Indonesia yang bersedia membuka program beasiswa untuk para mahasiswa Muslim di sana.
"Kami menginginkan, bila itu memungkinkan, komunitas Muslim Myanmar, bisa mendapatkan program beasiswa," ucapnya.
Ia menjelaskan, selama ini dirinya telah menjalankan program permintaan beasiswa tersebut ke sejumlah universitas di beberapa negara, antara lain Malaysia, Mesir, dan Turki. Namun Malaysia, kata Thein, juga telah menutup program beasiswanya untuk mahasiswa Muslim Myanmar.
Penutupan program beasiswa oleh pemerintah Malaysia tersebut cukup ia sesalkan. Sebab, menurutnya, banyak pelajar Myanmar yang berkeinginan untuk mendapatkan gelar sarjana atau sederajat. "Tapi mereka menutupnya," ujar Thein.
Karena hal itu, ia sangat berharap bila ada universitas-universitas di Indonesia yang berkenan untuk menampung mahasiswa Muslim Myanmar. "Kami siap menyeleksi dan mengirim dan mengajukan aplikasi kepada mereka (universitas)," tuturnya.