REPUBLIKA.CO.ID, BANTEN — Peserta pembinaan School of Master (SMT) Banten dari Sekolah Guru Indonesia merasakan pelatihan yang berbeda dari pembinaan keguruan yang selama ini mereka jalani. Sebanyak 29 guru Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtida'iyah (MI) pada Ahad lalu (14/2), menjalani pelatihan militer untuk pertama kalinya.
Seluruh peserta SMT wajib mengikuti pelatihan militer tersebut, dengan tujuan melatih mental kepemimpinan para guru yang akan diamanahkan sebagai pendidik sekaligus pemimpin di sekolah. Mereka dilatih oleh Komando Rayon Militer (Koramil) Kecamatan Legok, Banten. Dalam pelatihan bertajuk 'Military Super Camp' (MSC) tersebut, guru-guru SMT mendapat pelatihan baris berbaris, kegiatan outbound, dan penanaman nilai kedisiplinan.
"Military Super Camp (MSC) merupakaan wadah di mana peserta SMT akan mendapatkan pembinaan PBB (baris-berbaris, red), kedisiplinan, wawasan Nusantara yang nantinya menjadi bekal para peserta sebagai pendidik," ujar salah satu fasilitator SMT Banten, Mella, pada Republika.co.id.
Pelatihan militer bagi para guru tersebut juga secara serentak dilaksanakan di lima daerah lain.
Seperti diketahui SMT adalah sebuah program pembinaan dari Sekolah Guru Indonesia yang diselenggarakan dengan menggandeng Dompet Dhuafa. Saat in SMTi telah berdiri di enam daerah lyaitu Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Barat-Banten. Untuk ikut menjalani pembinaan tersebut calon peserta harus ikut seleksi, seperti wawancara dan pengetahuan mengenai pendidikan (microteaching).