Ahad 07 Feb 2016 04:15 WIB

Jalan Terjal Penyebar Risalah

Nabi Muhammad SAW
Foto:
Ilustrasi kelompok LGBT

RE{UBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjadi warasat al-anbiya yang autentik sebagaimana sikap istiqamah Nabi Muhammad SAW dari Walid bin Mughirah. Misi suci menyempurnakan akhlak mulia dan rahmatan lil alamin harus ditunaikan dengan tulus dan autentik.

Tidak menjadi retorika dan komoditas politik keagamaan, apalagi terbawa arus oleh dunia kehidupan konsumerisme yang masif dan memerangkap idealisme kerisalahan.

Umat saat ini sungguh memerlukan bimbingan yang tulus dari para penyebar risalah di setiap sudut negeri agar hidup mereka berada di jalan lurus kebenaran, kebaikan, dan moral yang utama.

Mereka jangan seperti anak ayam yang kehilangan induknya sehingga salah jalan menjadi pengikut Gafatar, gerakan yang menyimpang, narkoba, LGBT, dan apa pun yang niatnya ingin mencari kanopi suci, tetapi yang ditemukan realitas semu.

Di antara umat tidak jarang gampang tersulut percikan api provokasi sehingga bertindak salah yang merugikan siapa saja. Umat tidak jarang menjadi ladang komoditas politik yang murah meriah pada setiap kontestasi demokrasi di negeri ini.

Mereka tak terdidik dalam budaya politik yang benar karena dahsyatnya politik uang dan kultur menerabas. Mereka bahkan tak tahu yang benar ketika harus menjatuhkan pilihan politik.

Semua terjadi karena para pemimpinnya saling berbeda arah dan pilihan, tidak sedikit yang menjadi Pak Turut dan tukang stempel para calon dengan keyakinan diri berlebih. Sebagian elite umat pun dengan mudah terpesona dan menjadi pendukung fanatik sosok-sosok instan yang memukau di ruang publik.

Politik umat Islam yang mayoritas akhirnya compang-camping bagaikan buih di lautan, entah bermuara ke mana dan hingga kapan. Para penyebar dan pemimpin risalah dakwah dirindukan hadir menjadi sosok-sosok autentik yang nirpamrih kuasa, materi, dan hasrat konsumeristis yang tak berkesudahan.

Menjadi pengayom sesama umat yang berbeda pandangan sekalipun. Penebar benih-benih damai, santun, dan keadaban seraya menghilangkan kebiasaan menabuh genderang seteru dengan sesama. Menyuarakan ukhuwah yang tulus dan jujur, bukan ukhuwah kamuflase dan penuh topeng.

Membangkitkan daya hidup optimistis dan berkemajuan. Menabur jiwa kenegarawanan di tempat manapun berada sehingga elite-elite negeri pun menirunya dengan rasa hormat. Ala kulli hal menjadi pemimpin dan penyebar risalah berjiwa hanif sebagaimana uswah hasanah Nabi Muhammad yang meruntuhkan keangkuhan Walid bin Mughirah!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement