Ahad 07 Feb 2016 04:15 WIB

Jalan Terjal Penyebar Risalah

Nabi Muhammad SAW
Foto:
kitab suci Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Walid tertegun setelah mendengar bacaan Alquran yang sangat mendalam dan menakjubkan. Dia tidak berkata-kata lagi kepada Muhammad seraya meminta keponakannya itu menghentikan bacaan yang baginya sangat menggetarkan hatinya. Dia langsung ke kaumnya yang tengah menunggu di Darr al-Nadwah.

Setiba di al-Nadwah, Walid berkata di hadapan kaum Quraisy, “Demi Tuhan, aku baru saja mendengarkan perkataan-perkataan Muhammad. Menurutku itu bukan perkataan manusia biasa dan juga bukan dari jin. Demi Allah, sungguh perkataannya sangat baik, susunan katanya sangat indah. Sungguh perkataan yang sangat agung dan tidak ada yang mampu menandingi keagungannya.''

Kisah bersejarah itu tertulis dalam Nur al-Yaqin karya Syekh Hudlary Beik. Singkat cerita, Walid dan kaum Quraisy gagal total untuk menghentikan perjuangan dakwah melalui cara persuasi dan iming-iming kehormatan, jabatan, harta, dan segala fasilitas hidup yang serbanyaman.

Cara negosiasi dan diplomasi canggih seperti itu biasanya sukses menghipnotis banyak para pejuang dan pemimpin lain sehingga berbelok arah perjuangan dan tampil menjadi sosok-sosok pragmatis atau oportunistis.

Realitas konsumerisme para pemimpin umat pada era baru saat ini sungguh terjal sebagaimana perjuangan Nabi. Godaan kuasa takhta, harta, dan pesona dunia sama. Namun, ruang kehidupan dan cara godaan itu hadir sungguh berbeda, tidak lagi konvensional.

Dunia pasar bebas telah menciptakan budaya dan alam pikir yang setiap orang terangsang untuk masuk dalam beragam perangkapnya sehingga tahu-tahu sudah berada dalam permainan dunia yang sarat pesona itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement