Jumat 05 Feb 2016 23:12 WIB

Potret Kerukunan Muslim Keturunan Cina di Perayaan Imlek

Rep: C26/ Red: Karta Raharja Ucu
Jamaah mendengarkan Khotbah Jumat di Masjid Lautze, Pasar Baru, Jakarta. Masjid yang berarsitektur khas etnis Cina ini banyak dikunjungi Muslim keturunan Tionghoa.
Foto:
Berbagai macam amplop angpao, ilustrasi.

Menurut dia, yang tidak berubah pun pemberian angpao. Amplop merah berisikan uang biasa diberikan sebagai bentuk berbagi rizki seperti saat perayaan Idul Fitri. Meskipun tidak juga menyediakan makanan-makanan khas Imlek seperti dodol, jeruk mandarin, mi khas Cina, ataupun berbagai jenis manisan.

Lebih sederhana memang. Jesslyn menuturkan, tanpa ritual ataupun makanan khas, perayaan Imlek justru jauh lebih bermakna. Walaupun bagi Muslim keturunan Cina perayaan tersebut bukanlah lagi sebuah keharusan.

Ia menuturkan, beberapa keturunan Cina yang sudah lama memeluk Islam, perayaan Imlek sudah tidak lagi dijalankan. Karena, kata dia, memang bukan tradisi Islam.

Imlek bagi umat Muslim keturunan Cina, tidak lagi dilihat sebagai perayaan hari besar. Lebih pada silaturahim yang mempererat tali persaudaraan. Terutama pada mualaf yang baru mempelajari Islam dan masih terbiasa dengan tradisinya terdahulu.

"Kalau baru-baru masuk Islam tentu tidak bisa saklek langsung dilarang tradisi ini itu, karena sebelumnya mereka terbiasa begitu. Namun semakin ke sini perlahan bisa lebih mengerti," ujar perempuan yang mengucapkan syahadat pada 2003 itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement