Rabu 03 Feb 2016 18:09 WIB

Pesan Berharga Rasulullah

Rasulullah
Foto: wikipedia
Rasulullah

Oleh: Imron Baehaqi

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada suatu hari, Rasulullah SAW bersama para sahabat menanti musuh hingga matahari condong. Kemudian, beliau berdiri, seraya bersabda, "Wahai saudara-saudara, janganlah mengharap-harap bertemu dengan musuh, mohonlah kesejahteraan kepada Allah. Tetapi, kalau kalian bertemu dengan musuh, sabarlah (berhati teguh). Ketahuilah, sesungguhnya surga itu terletak di bawah bayangan pedang." Kemudian beliau bermunajat, "Ya Allah, Tuhan yang menurunkan Kitab, yang menjalankan awan dan mencerai-beraikan pasukan musuh, ceraikanlah mereka dan tolonglah kami melawan mereka." (HR Bukhari).

 

Kedamaian, persaudaraan, dan kasih sayang di antara sesama umat manusia merupakan karakteristik ajaran Islam. Nilai atau prinsip kehidupan yang agung ini menjadi faktor utama dalam mewujudkan kesejahteraan hidup manusia di bumi ini.

Dari hadis di atas, Rasulullah SAW memberi pesan berharga kepada kita agar mengutamakan dan memohon kesejahteraan hidup kepada Allah. Segala bentuk kebencian dan permusuhan di antara manusia lazimnya dihindari. Lebih-lebih, permusuhan dan pertikaian yang terjadi di internal umat Islam itu sendiri.

Di sisi lain, hadis di atas juga menyampaikan taujih sekaligus peringatan bagi setiap Mukmin bahwa kejahatan dan penderitaan yang ditimbulkan pihak musuh sejatinya adalah bentuk ujian (musibah) dari Allah. Oleh sebab itu, kita diperintahkan untuk bersabar dan berteguh hati dalam menghadapi apa pun tekanan dan ancaman pihak musuh.

Tidak lain, maksud musuh di sini adalah orang-orang yang melakukan kezaliman dan kerusakan di atas bumi ini. Wala 'udwaana illa 'alazhalimiin (tidak ada musuh melainkan ke atas orang-orang zalim). Termasuk, orang-orang yang mendukung dan turut membantu pihak musuh untuk merealisasikan aksi kezaliman dan kebatilannya.

Diriwayatkan dari Imam Thabrani dalam kitabnya Al-Kabir, Nabi SAW bersabda, "Barang siapa yang berjalan bersama penzalim untuk membantunya, dan tahu bahwa orang itu penzalim, maka sungguh dia telah keluar dari Islam."

Sifat sabar dalam menghadapi musuh menjadi salah satu parameter kualitas iman dan ketakwaan seorang hamba kepada Allah SWT. "... dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan peperangan  melawan musuh. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (QS al-Baqarah [2]:177).

Apalagi, ketika harus berperang menghadapi musuh yang jumlahnya jauh lebih besar, alat perangnya canggih, senjatanya modern dan lengkap, provokasi dan fitnahnya cukup besar maka sifat sabar yang merupakan faktor kunci kemenangan mutlak dimiliki oleh setiap Mukmin.

Kisah kemenangan tentara Thalut atas tentara Jalut yang diabadikan dalam Alquran hendaklah menjadi spirit dan teladan. Perang di antara dua kekuatan tersebut, pasukan Thalut memperoleh kejayaan gemilang, padahal kekuatan armada pihak musuh jauh lebih besar. Kunci kegemilangan ini tidak lain adalah sifat sabar yang Allah anugerahkan kepada diri mereka, "Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, teguhkanlah langkah-langkah kaki kami, dan tolonglah kami atas orang-orang kafir yang memerangi kami." (QS al-Baqarah [2]:250).

Bersabar menghadapi kezaliman yang dilakukan oleh pihak musuh bukanlah berarti pasrah dan patah semangat. Akan tetapi, berusaha sedaya upaya untuk keluar dari belenggu kesulitan dan penderitaan yang diakibatkan oleh kezaliman nafsunya, serta berusaha untuk mencegah dan menghentikannya.

Rasulullah SAW bersabda, "Tolonglah orang zalim dan orang yang dizalimi." Kemudian, seorang sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, kami dapat mengerti menolong orang yang dizalimi, namun bagaimana menolong orang yang berbuat zalim?" Maka, Nabi SAW menjawab, "Hendaklah kamu  mencegah dan melarangnya dari berbuat zalim. Sesungguhnya yang demikian itu cara menolongnya." (HR Bukhari). Wallahu al musta'aan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement