Ahad 31 Jan 2016 07:51 WIB

Hakim Ibnu Hazm, Sahabat Rasulullah yang Lahir dalam Ka'bah

Jamaah haji beribadah mengelilingi Kabah di Masjidil Haram menjelang puncak ibadah haji di Makkah, Selasa (22/9).
Foto:

Pada masa itu, Hakim merupakan pemilik dari sebuah bangunan bersejarah di Makkah bernama Dar an-Nadwah. Di tempat itu, biasanya para pemuka Quraisy berkumpul dan berdiskusi tentang banyak hal. Mereka pun banyak membuat rencana jahat terhadap Nabi Muhammad di sana. Hakim memutuskan untuk menjual bangunan itu, demi menghapus kenangan kelam masa lalu. Dijualnya bangunan tersebut seharga 100 ribu dirham. Seorang kemenakannya pun bertanya,"Anda telah menjual bangunan berharga itu kepada orang Quraisy, Paman?"

Dengan sabar Hakim menjawab, "Kebanggaan dan kejayaan semu kini telah hilang dan berganti nilai takwa. Aku hanya menjual sebuah bangunan, tapi dengan harapan dapat menggantinya nanti di surga. Dan, aku berjanji akan mendermakan seluruh hasil dari penjualan ini di jalan Allah."

Bukan hanya itu saja. Saat melaksanakan ibadah haji, dia menyembelih sekitar 100 ekor unta serta membagi-bagikan dagingnya kepada kaum fakir miskin di Makkah. Demikian pula ketika di padang Arafah, bersamanya ada sebanyak 100 budak, dan setelah memberikan masing-masing segenggam perak, para budak itu pun dibebaskannya.

Hakim memang amat dermawan dan di saat yang sama dia selalu ingin mendapatkan lebih. Seusai Perang Hunain, dia meminta sejumlah rampasan perang kepada Rasul. Dia kemudian meminta lebih dan Rasul kembali memberikannya. Hakim belum lama memeluk Islam, tetapi Rasul amat pemurah kepada mereka yang baru memeluk Islam agar mereka bersedia menerima Islam sepenuhnya. Hakim pun mendapat rampasan perang dalam jumlah cukup banyak.

Maka, Rasul pun berkata kepada Hakim, "Wahai Hakim! Segala harta benda ini amatlah menarik. Siapa saja yang memilikinya dan merasa puas dengannya akan diberkahi, sebaliknya siapa yang merasa tidak puas, tidak akan diberkahi. Dia akan seperti orang makan, namun tidak pernah merasa kenyang. Tangan di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah."

Petuah Rasul ini sangat membekas di hatinya. Dia merasa tersentuh dan lantas berkata kepada Rasul, "Ya utusan Allah, aku tidak akan meminta kepada siapa pun selain kamu untuk apa pun." Sejarah mencatat, Hakim benar-benar menepati ucapannya. Sahabat Rasul ini tidak pernah meminta apa pun kepada orang lain hingga dia meninggal dunia.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement