Rabu 27 Jan 2016 05:43 WIB

Pelaku Penistaan Agama Miliki Kelainan Psikologis

Rep: c25/ Red: Agung Sasongko
Penistaan agama.    (ilustrasi)
Foto: Republika/Mardiah
Penistaan agama. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Begitu beragam upaya penistaan agama, utamanya yang dialamatkan kepada umat Islam.

Ketua Komisi Pengkajian dan Penelitian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Utang Ranuwijaya menilai, fenomena tersebut terjadi lantaran ada kelainan psikologis dari para pelaku. Para pelaku seolah mendapatkan kepuasan tersendiri dengan melakukan penistaan.

"Pencetus kemungkinan memiliki kelainan psikologis, yang melakukan penistaan atau pelecehan secara sadar dan disengaja," ujar Utang kepada Republika.co.id, Selasa (26/1).

Ia mengungkapkan, para pencetus ide penistaan agama merupakan orang-orang yang memiliki kecerdasan, tapi kelainan kejiwaan membuat mereka tidak mampu mengendalikan diri secara penuh. Situasi itu disebabkan rasa kekecewaan yang banyak terjadi dalam aspek ekonomi ataupun kondisi kehidupan yang tidak sesuai keinginannya.

Utang menjelaskan, kekecewaan yang ada dalam diri seseorang akan membuat orang itu tidak mampu berpikir atau menggunakan kecerdasannya secara lurus. Bahkan, tidak jarang orang-orang cerdas dengan kekecewaan besar, memiliki kesenangan tersendiri saat melihat kegelisahan dari orang lain akibat ulah yang ia buat.

Tidak jarang, kekecewaan terhadap diri sendiri dan kehidupan membuat orang menjadi buta dan memiliki keinginan untuk melecehkan orang atau kelompok yang tidak disenangi. Menurut Utang, tentu perbuatan itu dilakukan untuk mencari kepuasan bagi diri sendiri, terlebih bisa membuat gempar orang-orang dalam jumlah besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement