Jumat 22 Jan 2016 23:31 WIB

Aroma Wangi Masyitah Tercium Hingga ke Langit

Rep: Sri Handayani/ Red: Agung Sasongko
Penduduk Surga (Ilustrasi)
Foto: blogspot
Penduduk Surga (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Siapa yang tak pedih kehilangan anggota keluarga yang dicintai? Dalam sejarah Islam, Allah SWT menunjukkan contoh untuk menghadapi kondisi ini dari seorang perempuan bernama Masyithah.

Masyithah ialah perempuan penyisir rambut putri Firaun. Ia tinggal di istana dan sangat memperhatikan segala kebutuhan sang putri raja. Ia menyisir dan mencukupi kebutuhan mereka. Pekerjaan ini sangat mulia, terhormat, dan menyejahterakan pada masanya.

Keimanan kepada Allah SWT tertanam dalam hatinya. Seperti halnya istri Firaun dan keluarganya yang telah beriman, ia menyembunyikan hal tersebut. Walaupun begitu, upaya ini tak berjalan mulus.

Abu Malik Muhammad bin Hamid dalam 150 Perempuan Shalihah mengisahkan, suatu hari Masyitah lalai menutupi identitasnya. Ia menyisir rambut putri Firaun seperti biasa. Tanpa disengaja, sisir yang ia gunakan jatuh ke lantai. Ia pun berkata, "Bismillah."

Putri Firaun mendengar hal tersebut dan seketika terperanjat. Ia mencoba memastikan apa yang ia dengar. "Apakah Allah yang engkau maksud adalah ayahku?" tanya dia kepada Masyithah.

Masyithah menjawab, "Tuhanku dan Tuhan ayahmu adalah Allah." Mendengar itu, putri Firaun marah dan berkata, "Aku akan kabarkan hal ini kepada ayah bahwa engkau beriman dan keluar dari menuhankan raja." Penyisir tersebut berkata, "Silakan."

Seperti ucapannya, putri Firaun memberitahukan keadaan Masyithah kepada ayahnya. Firaun memanggil dan menginterogasinya. Dalam pertemuan tersebut, Masyithah mengakui bahwa Allah adalah Tuhannya dan Tuhan Firaun. Mendengar pengakuan itu, Firaun dan putrinya murka.

Putri raja yang zalim membuat alat untuk menghukum Masyithah. Ia membuat sebuah alat berbentuk mirip sapi. Alat itu dibakar hingga panas. Putri Firaun memerintahkan Masyithah memasukkan anaknya ke dalam panggangan dari logam yang mirip sapi tersebut. Masyithah memohon supaya sisa pembakaran anak-anaknya dikumpulkan pada sebuah kain agar ia bisa menguburkan anak-anaknya.

Putri Firaun menyepakati hal tersebut. Namun, dalam pelaksanaannya, putri Firaun memerintahkan Masyithah melemparkan anaknya satu demi satu. Dengan cara itu, ia berharap Masyithah kembali mengakui ayahnya sebagai Tuhan. Ia juga ingin memastikan Masyithah tersiksa karena melihat anak-anaknya terpanggang.

Sebagai seorang ibu, Masyithah sedih luar biasa. Hatinya sangat kacau dan ia merasakan hidupnya sangat pahit. Namun, ia menanggung seluruh beban itu dengan kesabaran dan keimanan yang sangat tinggi.

Kisah ini diabadikan dalam satu masa kehidupan Rasulullah SAW saat menjalani Mi'raj. Ketika Rasulullah SAW sedang Mi'raj, beliau mencium aroma wangi yang berembus kepadanya. Beliau bertanya kepada malaikat Jibril, "Wahai Jibril, di mana sumber aroma tersebut?" Malaikat Jibril menjawab, "Aroma wangi tersebut berasal dari perempuan penyisir putri Firaun dan anak-anaknya."

Rasululah SAW menggambarkan bahwasanya perempuan tersebut sangat bersedih dan sakit hati. Salah seorang anaknya masih disusui. Allah SWT memberikan kekuatan kepadanya melalui anak itu. Anak itu berkata, "Wahai ibuku, tabahlah. Sesungguhnya azab dunia lebih ringan daripada azab akhirat."

Masyithah lalu melemparkan diri sendiri ke dalam api. Aroma tubuhnya dan anaknya yang terbakar menyeruak ke sekeliling tempat tersebut. Allah memberikan kemuliaan kepadanya dengan menyebarkan aroma wangi yang menghembus di langit hingga tercium oleh Rasulullah SAW dalam Mi'rajnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement