Jumat 08 Jan 2016 08:04 WIB

Ini 3 Langkah Kuatkan Persaudaraan Islam

Prof Dr KH Didin Hafihuddin MS (kiri) saat mengisi acara pengajian guru dan kayawan Sekolah Bosowa Bina Insani (SBBI) Bogor, Jawa Barat.
Foto: Irwan Kelana/Republika
Prof Dr KH Didin Hafihuddin MS (kiri) saat mengisi acara pengajian guru dan kayawan Sekolah Bosowa Bina Insani (SBBI) Bogor, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Ketika Rasulullah SAW berhijrah ke Madinah, ada dua pilar yang Beliau bangun. Pertama, memperkuat akidah Islam. Kedua, memperkuat ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) antara kaum Muhajirin (orang-orang Makkah yang berhijrah ke Madinah) dan kaum Anshar (orang-orang Madinah yang menjadi tuan rumah).

“Hal itu menunjukkan bahwa ukhuwah Islamiyah merupakan hal yang sangat penting dalam pembangunan Islam, selain membangun akidah Islam,” ujar Guru Besar IPB Bogor Prof Dr KH Didin Hafihuddin pada pembukaan pengajian guru dan karyawan Sekolah Bosowa Bina Insani (SBBI) tahun 2016 di Masjid Al-Ikhlas Bosowa Bina Insani Bogor, Jawa Barat, Jumat (8/1) pagi.

Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor itu menjelaskan, ada tiga hal yang penting diperhatikan untuk menguatkan ukhuwah Islamiyah.

 

Pertama, kata Kiai Didin, harus diingat, yang namanya persatuan kampung, ormas, parpol, lembaga dan sebagainya, semuanya hanya alat, bukan tujuan.  Adapun tujuan umat Islam satu, yakni memperkuat akidah Islam. “Jadi, jangan kita ribut gara-gara alat, sehingga melalaikan kita dari tujuan kita yang sebenarnya,” ujar mantan ketua umum Baznas tersebut.

Kedua, Kiai Didin menambahkan, mengembangkan  budaya silaturahim. “Silaturahim ini harus kita kembangkan terus. Baik silaturahim melalui tatap muka langsung, maupun  dengan menggunakan teknologi seperti hand phone/gadget dan sebagainya. Yang penting, tersambung ikatan batin,” papar pimpinan Ponpes Mahasiswa Ulil Albab  Bogor itu.

Ketiga, ujar Kiai Didin, yang tak kalah pentingnya adalah tabayyun. Yakni, melakukan chek and recheck. “Kalau mendapatkan suatu berita tentang seseorang atau sekelompok orang, hendaknya kita cek dulu kebenaran berita tersebut,” tegas sekretaris Majlis Pimpinan Badan Kerjasama Pondok Pesantren Indonesia itu.

Tabayyun tersebut, kata Kiai Didin, makin urgen pada masa sekarang. “Para era kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat sekarang ini, antara lain maraknya penggunaan media sosial (medsos), maka sangat perlu bagi kita mengembangkan budaya tabayyun,” papar da’i yang aktif menulis artikel dan buku itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement