Kamis 07 Jan 2016 17:54 WIB

PGI: Jangan Terpengaruh Kontroversi Charlie Hebdo

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Agung Sasongko
Edisi Charlie Hebdo yang memicu kemarahan umat Muslim sedunia.
Foto: Reuters
Edisi Charlie Hebdo yang memicu kemarahan umat Muslim sedunia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Humas Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) Jeirry Sumampow meminta masyarakat Indonesia tidak terpengaruh dengan kontroversi sampul edisi khusus majalah satir Charlie Hebdo. "PGI mengimbau (kasus itu) jangan dibawa seolah terjadi kasus yang sama di Indonesia," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Kamis (7/1).

Jeirry menjelaskan, masih terjadi perdebatan di PGI terkait kasus-kasus serupa. Di satu sisi belum ada definisi yang jelas soal penistaan agama. Terlebih, dalam kasus Charlie Hebdo hal itu adalah bentuk kebebasan berpendapat meski kemudian menyinggung hal-hal berkaitan dengan agama.

(Baca: Surat Kabar Vatikan Kecam Karikatur Terbaru Charlie Hebdo)

Menurut Jeirry, dari beberapa kasus sebelumnya, dampaknya terhadap masyarakat Indonesia tidak baik. Ia menilai, sejatinya apa yang terjadi di Prancis atau Eropa tidak begitu berdampak terhadap kehidupan di Indonesia. "Tidak ada relevansi kasus tersebut dengan keadaan di Indonesia. Kehidupan keagamaan Indonesia, kita sendiri yang melakoni," ujarnya.

Ia menilai, masyarakat Indonesia sudah terlalu sering terprovokasi dengan kasus-kasus dari luar. Hal itu dinilai memberikan efek negatif terhadap kehidupan keagamaan di Indonesia. "Sebaiknya ini menjadi sikap kita. Biarkan kasus ini menjadi kasus di sana. Kalau pun sudah ada respons Katolik maka biarkan itu menjadi urusan internalnya," ujar Jeirry.

(Baca Juga: Cegah Charlie Hebdo Lecehkan Agama Butuh Kesepakatan Internasional)

Untuk memperingati ulang tahun tragedi penembakan Charlie Hebdo, majalah satir berbasis di Paris, Prancis itu merilis kartun bergambarkan lelaki tua menggendong senjata. Pihak Vatikan mengkritisi hal itu karena dianggap tidak menghormati keyakinan umat beragama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement