Selama Masih Ada Rakyat, Masih Ada Dangdut...!

Kenapa bangsa ini lama dijajah? Salah satunya adalah karena dikungkung sikap rendah diri (minderwaardig) yang berlebihan. Karena terlalu lama hidup miskin dan dicekam kebodohan maka dirinya selalu merasa tak seimbang bila berhadapan dengan kelompok lainnya. Alhasil, bangsa ini selalu merasa apa yang datang dari luar adalah hebat dan serba benar.

Maka dangdut berasal dari kelompok masyarakat yang terlalu lama dikalahkan dan dipatahkan hatinya. Mereka hidup tersia-sia di kampung yang miskin serta hidup jauh dari situasi mewah dan gemerlap. Dengan kata lain dangdut menjadi musik yang serba pesimistis

Tapi lihatlah di masa kini.Musik dangdut bahkan sekarang ‘nyaris’ punya saluran televisi, radio (termasuk stasiun radio streaming di internet), hingga festival tersendiri. Dangdut pun mampu menerobos kelas sosial seiring dengan terjadinya perubahan sosial di masyarakat Indonesia yang terjadi dalam dua dasawarsa terakhir ini.

‘’Ingat ya sekarang sudah terjadi perubahan sosial yang dahsyat dalam masyarakat Indoesia. Bila sebelum kemerdekaan umat Muslim tak ada yang sekolah formal, maka pada tahun 1970-an mereka mulai tamat SMA, pada tahun 1980-an tamat pasca sarjana. Dan pada tahun 1990-an kalangan umat Islam kebanjiran orang yang bergelar doktor. Maka terjadilah perubahan sosial yang dahsyat itu,’’ kata mendiang cendikiawan Nurcholish Madjid.

Di kalangan kazanah musik Indonesia, perubahan ini terlihat, setelah di awal tahun 1970-an kelas menengah hanya mengenal musik Islami dari Bimbo, secara perlahan munculah Soneta yang kemudian disusul berbagai penyanyi bergenre serupa lainnya. Di awal milenium muncul sosok Hadad Alwi dan Opick.

‘’Saya bahagia. Musik Islami tak hanya bimbo saja jenisnya. Semua datang beragam dan semuanya nikmat,’’ kata pentolan Bimbo, Samsuddin Hardjakusumah (Sam Bimbo).