Sabtu 02 Jan 2016 14:29 WIB
Musik Indonesia 2016

Selama Masih Ada Rakyat, Masih Ada Dangdut...!

Rep: muhammad subarkah/ Red: Muhammad Subarkah
Musik dangdut (ilustrasi).
Foto:
Penampilan Zaskia Gotik (kiri) tampil bersama Elvy Sukaesih dan Ayu Ting Ting.

‘’Dangdut itu identik dengan goyang..!’’ Jargon ini sempat mebludak pada satu dekade belakangan ini. Entah mengapa dangdut yang dikenal punya istilah ‘joged’ kemudian berganti dengan istilah ‘goyang’. Joget adalah sejenis gerak dalam tarian yang sifatnya teratur dan tak seronok, sedangkan ‘goyang’ adalah sebuah istilah untuk menunjukan sebuah gerakan badan, tanpa peduli indah atau suasana yang jorok.

‘’Dangut bukan musik comberan. Bukan musik ‘tempat tidur!’’ Begitu hardikan raja dangdut Rhoma Irama ketika memarahi para yuniornya yang sibuk membuat dangdut sebagai musik erotis. Dia marah karena melihat penampilan artis perempuan dangdut yang bergoyang tak keruan, dengan pakaian minim sampai ke pangkal paha, berjoget ala penari telanjang yang manggung di klab malam, berkostum ala pakaian renang, dan mendendangkan lagu berkonotasi percabulan.

 ‘’Kenapa sih penyanyi dangdut seperti itu. Kenapa mereka bertingkah seperti orang kesurupan (trance/kemasukan setan,red), begitu sindir KH Hasyim Muzadi yang saat itu menjabat sebagai Ketua Umum PB NU.

 Kiai Hasyim secara terbuka saat itu merasa nelangsa melihat perilaku ‘brutal’ para biduanita dangdut. Apalagi setelah tahu para penyanyi perempuan itu beradal dari berbagai kampung santri, yang nota bene punya ibu atau orang tua yang terhormat dan taat beragama.

‘’Saya gak tahu apa perasaan ibunya melihat anak perempuannya seperti itu. Saya yakin mereka juga nelangsa dan risih. Bayangkan ibu kerudungan anaknya kok seperti itu,’’ lanjut KH Hasyim Muzadi saat itu.

Di kalangan rakyat pada saat itu muncul bentuk baru sajian musik dangdut. Maka meluaslah istilah dangdut koplo, dangdut kendang kempul, dangdut Pantura, dan lainnya. Sayangnya, bukan sajian aransemen musik yang bermutu yang mereka sajikan, malah yang muncul hanyalah musik yang 100 persen hanya merupakan  media ‘penghibur diri’ beaka. Musik dangdut ‘berjalan menikung’ hanya sekedar menjadi musik pengiring goyangan konyol perempuan yang berdandan dan bersikap erotis.

Namun untunglah, meski sempat dikecam habis-habisan, apa yang diinginkan Rhoma Irama agar dangdut menjadi musik terhormat, keberadaan dangdut setapak demi setapak kembali lagi. Andil tayangan televisi melalui berbagai kontes dangdut kemudian mengajarkan bahwa menjadi penyanyi dangut itu harus paham atau berbekal olah vokal, bukan ‘olah tubuh’.

Dan benar bila ada nasihat bahwa musik itu bukan sekedar hura-hura, tapi merupakan pengabdian kepada sesama manusia dan tentu saja pengabdian serta pertangungjawaban kepada: Tuhan!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement