Selasa 22 Dec 2015 16:40 WIB

Peluang Indonesia Jadi Pusat Peradaban Islam Sangat Besar

Rep: marniati/ Red: Damanhuri Zuhri
Masjid Kampus UIN Malang, Jawa Timur.
Foto: Republika/Damanhuri
Masjid Kampus UIN Malang, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsultan Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP),  Muljani Nurhadi mengatakan potensi Indonesia menjadi refrensi kajian studi islam dan pusat peradaban islam dunia begitu besar.

Hal ini dapat terlihat dari potensi madrasah yang sudah berhasil mengintegrasikan pendidikan umum dengan pendidikan agama. Serta perguruan tinggi IAIN menjadi UIN.

"Pesantren sekarang juga sudah memasukkan pelajaran umum di dalam pendidikan agama walaupun sertifikat pendidikannya nanti tetap sertifikat sebagai ahli agama," ujar Muljani saat ditemui dalam diskusi Mewujudkan Pendidikan Islam yang unggul, moderat dan menjadi rujukan dunia dalam integrasi ilmu agama, pengetahuan dan teknologi di Kantor Kementerian Agama Jakarta, Selasa (22/12).

Ia menjelaskan, peluang yang dimiliki ini harus dimanfaatkan oleh pemerintah. Salah satunya dengan menyusun rencana strategis untuk pengembangan kualitas pendidikan keagamaan. 

Ini dikarenakan untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat peradaban Islam memiliki hambatan. Mulai dari mindset dan belum mampunya profesor perguruan tinggi menjadi ahli yang spesifik dengan kualitas penelitiannya.

Untuk itu, ACDP memfasilitasi diskusi untuk menghasilkan strategi-strategi yang lebih konkret sehingga dapat menjadi pijakan bagi direktorat jenderal pendidikan Islam untuk mengaktualisasikan hal tersebut.

Menurutnya, untuk mewujudkan Indonesia sebagai pusat peradaban Islam dunia diperlukan waktu yang cukup panjang. Namun Indonesia memiliki waktu yang pas untuk memulainya.  Ini dikarenakan Indonesia telah menjadi rujukan dunia untuk beberapa hal. Misalnya  dalam bidang toleransi, moderat, bahkan dalam resolusi konflik.

"Jadi momentumnya sudah bagus. Cuma harus lebih detail diterjemahkan ke dalam strategi yang nanti bahan untuk aksi. Itu saja sebenarnya. Karena renstra yang sekarang belum sampai sedetail itu," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement