Selasa 01 Dec 2015 09:49 WIB

Bahagiakan Anak Yatim

Rep: Nashih Nasrullah/ Red: Agung Sasongko
Anak Yatim
Foto: Prayogi/Republika
Anak Yatim

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keberadaan anak yatim di tengah-tengah masyarakat adalah ladang kebajikan dalam Islam. Hal ini hanya bisa diketahui oleh mereka yang hati nuraninya jernih. Para yatim tersebut di mata Allah SWT adalah salah satu faktor pemicu kebahagiaan yang diperuntukkan untuk hamba-Nya.

Prof Fahd bin Abdurrahman as-Suwaidan dalam artikelnya berjudul, “Min Huquq al-Yatim fi al-Islam” mengatakan, kebahagiaan itu diperoleh bagi mereka yang menyantuni anak yatim dengan penuh keikhlasan dan kasih sayang. Kepedulian dan perhatian yang diberikan itu akan mengalihkan kesedihan yatim yang bersangkutan akibat kehilangan ayah atau orang tua.

Berangkat dari fakta inilah, Islam kata Prof Fahd, menekankan pentingnya merangkul anak yatim sebagai bagian tak terlepaskan dari komunitas masyarakat. Bahkan, secara tegas agama mengaitkan kepeduliaan dan sikap acuh tak acuh sebagai tolok ukur pendustaan seseorang terhadap nilai dan prinsip-prinsip agama.

Ini seperti tertuang dalam surah al-Ma'un ayat 1-2: “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim.” Penegasan pentingnya memperhatikan nasib dan kondisi anak yatim tak hanya tertumpu pada surah al-Ma'un. Ini terlihat pula dari pengulangan kata yatim sebanyak 23 kali dalam Alquran.

(Baca Juga: Lindungi 5 Hak Anak Yatim)

Kesekian ayat tentang anak yatim yang ada dalam Kitab Suci tersebut, berkutat pada lima poin penting, yaitu menjauhkan malapetaka dari yatim, mendatangkan manfaat dalam hartanya, begitu pula jiwanya, dan saat menghadapi mahligai pernikahan. Ayat-ayat itu juga menekankan seruan berbuat baik untuk si yatim dan memperhatikan aspek kejiwaan mereka.

Kepedulian terhadap yatim tersebut merupakan tradisi yang telah mengakar di kalangan umat Islam sepanjang sejarah. Bahkan, santunan dan pengayoman terhadap mereka menjadi kebijakan negara. Pada era pemerintahan Dinasti Mamluk, misalnya. Dinasti yang bercokol di Mesir tersebut memerintahkan bawahannya untuk memberikan paket pakaian lengkap berikut alas kaki, baik ketika musim panas maupun saat musim dingin.

Sewaktu Shalahuddin al-Ayyubi berkuasa, ia menginstruksikan pengelolaan lembaga dengan sejumlah pembina khusus yang fokus mengajar anak yatim. Ia juga membiayai dana operasional lembaga itu berikut biaya hidup mereka.

Seorang petualang Muslim, Ibnu Jabir, menuturkan, kala ia bertandang ke Damaskus, Suriah, ia melihat satu lembaga besar. Institusi swasta tersebut mengurusi anak yatim, mulai dari aspek pendidikan dan kehidupan mereka sehari-hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement