REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Pondok Pesantren (Ponpes) Sunan Pandanaran, Sardonoharjo, Ngaglik dicanangkan sebagai area transaksi non-tunai.
Konsekuensinya, sekitar 3.000 santri akan diwajibkan menggunakan e-money untuk bertransaksi di wilayah Ponpes.
"Ini juga tentunya untuk meningkatkan kualitas perekonomian kita," kata Ketua Yayasan Ponpes Sunan Pandanaran Imadudin Sukamto saat peluncuran area non-tunai di Komplek 3 Ponpes Sunan Pandanaran, Selasa (17/11).
Ia menuturkan, program yang terselenggara atas kerja sama dengan Bank Indonesia (BI) dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) itu sengaja diterapkan untuk mengurangi transaksi dalam bentuk tunai.
E-money sendiri dapat digunakan untuk transaksi di 14 unit bisnis milik Ponpes Sunan Pandanaran. Di antaranya kantin, laundry, dan warung telepon. Imadudin berharap program transaksi non-tunai yang baru dilaksanakan di ponpesnya itu dapat berkembang dan menjadi model bagi pesantren lain.
Kepala BRI Cabang Yogyakarta Joko Haryanto menuturkan, peluncuran kawasan non-tunai di Ponpes Pandanaran disertai dengan agenda sosial BI dan pengembangan program santripreneur. BRI sendiri berperan untuk mendorong ekosistem non-tunai melalui produk e-money bernama Brizzi.
"Kami membagikan satu kartu Brizzi yang sesuai dengan nama masing-masing santri," ujarnya.
Selain itu kartu Brizzi telah diprogram menggunakan nomor ponsel sebagai kode pemiliknya. Dana maksimal yang dapat disimpan dalan kartu tersebut senilai Rp 1 juta.
Kepala Kantor Wilayah BI Yogyakarta, Arief Budi Santoso mengatakan pencanangan area non-tunai di Ponpes Sunan Pandanaran merupakan salah satu program nasional BI untuk menciptakan less cash society. BI menargetkan, 80 persen transaksi di Indonesia bisa berjalan secara non-tunai tahun 2020.