REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Asosiasi Penyelenggara Haji khusus Umrah dan Inbound Indonesia (Asphurindo) KH Hafidz Taftazani mengimbau jamaah umrah agar memantapkan dan meluruskan niat bahwa ibadah di Tanah Suci semata karena Allah. Imbauan tersebut dikeluarkannya lantaran melihat ada di antara jamaah umroh yang berniat pergi umrah hanya sekadar untuk liburan. "Umrah harus dilakukan dengan tetap memedomani aturan ibadah sebagaimana mestinya," imbau Hafidz Senin (2/11).
Dia mengatakan, tingginya minat umat Islam melaksanakan ibadah umrah belakangan ini semakin meningkat. Namun di antara anggota jamaah umrah itu ada yang mengaitkan dengan pergantian malam tahun baru Masehi 2016.
Banyak di antara jamaah yang memilih umrah bersamaan dengan pergantian tahun Masehi didasari sebagai liburan. Pendapat itu harus dikoreksi niat ibadahnya. Karena kota suci Makkah bukanlah tempat euforia perayaan baru seperti di kota lainnya.
"Niat umrah seperti itu harus diluruskan. Terlebih lagi dampak daripada niat ibadah seperti itu cukup besar dari sisi sosial dan ekonomi," kata KH Hafidz.
Ibadah umrah dari sisi syari'ah melaksanakan tawaf di Kakbah dan Sai antara Shafa dan Marwah, setelah memakai ihram yang diambil dari miqat.
Ibadah ini juga disebut haji kecil. Tentu saja, Hafidz mengatakan, nilai ibadah umrah memiliki nilai tinggi jika diikuti dengan pemahaman ilmu agama yang tepat. Karena itu, niat berbondong-bondong melaksanakan umrah pada pergantian tahun baru Masehi semata sebagai euforia di Tanah Suci harus diluruskan.
Terkait ada pihak yang menyebut lebih baik ke Makkah daripada merayakan pergantian tahun baru di Singapura atau kota lainnya sebagai tempat hiburan, ia berpendapat, argumentasi itu tidak tepat.
Sebab, dalam ajaran Islam masih ada hari-hari besar pada kalender Hijriyah yang memiliki nilai ibadah tinggi, seperti awal bulan Hijriyah sebagai waktu yang tepat untuk menyantuni anak yatim. Belum lagi bulan lainnya, seperti Maulid, Mi'raj dan Ramadhan.