Senin 02 Nov 2015 04:34 WIB

Jawa Timur Didik Dai Kamtibmas

Pelatihan Dai (Ilustrasi)
Foto: BMH
Pelatihan Dai (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Polda Jatim bekerja sama dengan perguruan tinggi dan organisasi masyarakat Islam memberikan bekal Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas) bagi 94 dai yang tersebar di Jatim, untuk menjaga kondusifitas provinsi itu.

"Sebanyak 94 dai yang tersebar di Jatim kami beri bekal sebelum turun di tengah masyarakat. Kami menggandeng lintas lini, termasuk perguruan tinggi, dengan harapan para dai ini dapat menjadi garda terdepan menjaga kondusifitas di Jatim," kata Wadir Binmas Polda Jatim, AKBP Dulfi Muis SH Sik pada acara Diklat Dakwah dan Fiqih Angkatan V di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Sabtu Kemarin.

Ia mengatakan, dengan adanya pembekalan yang diberikan, diharapkan muncul dai Kamtibmas yang menyejukkan bukan menyesatkan, sebab selama ini masih banyak dai yang ceramah dengan pesan-pesan provokatif dengan tujuan menangkal pengaruh negatif yang menyimpang dari ajaran Islam.

"Dengan menggandeng dai Kamtibmas, tokoh agama dan masyarakat, kami mengedepankan mereka menjadi benteng untuk mencegah dan menanggulangi pengaruh ISIS di wilayah ini. Teknisnya dengan memberikan pencerahan dakwah, bagaimana beragama yang benar karena ini menyangkut ideologi yang bertentangan dengan Pancasila," paparnya.

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UINSA Surabaya, Dr Sahid HM menilai dari segi akademis yang menitikberatkan pada metode pendekatan berdasarkan pendidikan dan pengajaran kepada dai muda, sehingga apa yang diberikan bisa di implementasikan kepada masyarakat.

"Ini sekaligus sebagai upaya untuk meningkatkan peran serta masyarakat, khususnya tokoh agama agar mereka lebih paham. Selain aspek pendidikan dan pengajaran, ada juga pengabdian pada masyarakat, ini sekaligus mentransformasikan antara dakwah dan fiqih," ujarnya.

Menurut dia, dakwah tidak bisa dipisahkan dari fiqih, karena fiqih ini mengikuti perkembangan masyarakat. Saling ada keterkaitan antara dakwah dan fiqih, ini sekaligus sebagai filter membendung paham radikal. "Jadi dakwah tanpa menggunakan fiqih, akan radikal orang itu, semaunya sendiri, bahkan mereka ingin membentuk negara dan sebagainya, ini kan bahaya," tandasnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement