REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tina Styliandou lahir di Athena, Yunani, dari orang tua penganut Kristen Ortodok Yunani. Keluarganya tinggal di Istanbul, Turki.
Dari sinilah awal Tina membenci Islam. Sebuah kebijakan tidak populer diberlakukan pemerintah Turki terhadap keturunan Yunani. Setiap keturunan Yunani dipaksa meninggalkan Turki. Tina dan keluarganya merupakan pihak yang terkena dampak langsung dari kebijakan itu.
Kebencian Tina semakin menjadi, ketika di sekolah ia mendapati buku sejarah dan agama yang menyebutkan setiap kerugian yang dialami Yunani merupakan ulah Islam.
"Dalam buku kami, Islam bukanlah sebuah agama dan Rasul Muhammad saw. bukanlah nabi. Ia hanyalah seorang pemimpin dan politisi sangat cerdas yang mengumpulkan aturan dan hukum dari kitab Yahudi dan Kristen. Lalu ia menambahi dengan ide-idenya sendiri dan menguasai dunia," kenang Tina seperti dilansir Onislam, Rabu (21/10).
Di sekolah, Tina mengaku diajarkan untuk menghina Rasulullah dan keluarganya. "Alhamdulillah, Allah melindungi hati saya dan kebencian terhadap Islam tak pernah memasuki kalbu," kata dia.
Keluarga Tina tak begitu religius. Mereka jarang mempraktekkan ritual keagamaan dan hanya datang ke gereja saat ada pernikahan dan pemakaman. Ayahnya tak lagi ke gereja lantaran melihat secara langsung korupsi yang dilakukan pendeta. "Bagaimana mungkin orang-orang ini berkotbah tentang Tuhan dan kebaikan tapi pada saat bersamaan mencuri dari dana gereja, membeli vila dan memiliki mobil Mercedes serta menyebarkan gagasan homoseksual di kalangan mereka sendiri," kata Tina.
Situasi tersebut yang selanjutnya menjadi titik balik Tina. Ia sadar tak begitu puas dengan ajaran agama yang dianutnya. Sempat terpikir mencari kebenaran pada agama lain, tapi tidak dengan Islam. Namun, pertemuan dengan lelaki yang kelak menjadi suaminya mengubah jalan cerita.
"Suami saya selalu bersedia menjawab pertanyaan apa pun yang terkait agamanya, tanpa merendahkan keyakinan saya--bagaimanapun salahnya mereka. Ia tak pernah menekan atau bahkan meminta saya untuk berpindah agama," kata dia.
Tiga tahun menikah, Tina memiliki kesempatan mengenal Islam lebih jauh dan membaca Alquran langsung, dan juga buku-buku agama lain. Dari apa yang dibacanya, Tina menyimpulkan Islam hanya menyakini satu Tuhan. Tuhan yang dipercayai umat Islam tidak memiliki anak, pasangan dan tidak ada sesuatu di muka bumi yang berhak disembah selain Dia. Tidak ada satupun yang berbagi keesaannya dengan-Nya dan juga sifat-sifat-Nya.
Tina akhirnya memeluk Islam. Perubahan itu awalnya disembunyikan Tina dari keluarga dan kerabatnya. Menjadi Muslim di Yunani menurut Tina tidaklah mudah. Di sana tidak ada masjid ataupun suara Adzan. Namun, kondisi tersebut tidak menyurutkan niatnya mendalami ajaran Islam.
Ketika putrinya lahir, Tina dan suami memutuskan menetap di negara Islam. "Terimakasih Tuhan, ia telah memandu kami dan membawa kami kesempatan untuk bermigrasi ke negara Islam, di mana kami mendengar kalimat-kalimat merdu Adhzan. Kami pun dapat meningkatkan pengetahuan dan cinta kami pada-Nya serta pada Rasul Muhammad. saw," kata dia.