REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) mengklaim bahwa penyelenggaraan haji tahun ini berjalan sesuai harapan.
Ketua Umum Rabithah Haji Indonesia Ade Marfuddin, menilai Kemenag terlalu dini dalam menyimpulkan hasil evaluasi.
"Terlalu dini kalau penyelenggaraan haji diklaim berhasil karena haji belum selesai secara keseluruhan. Evaluasi baik atau tidaknya seharusnya dilakukan usai penyelenggaraan haji," ujar Ade ketika dihubungi Republika.co.id, Ahad (4/10).
Apalagi, tambah Ade, penilaian pemerintah selama ini parameternya hanya bersifat administratif bukan pada konteks pelayanan yang baik kepada jamaah.
Menurut Ade, yang menjadi parameter keberhasilan dari pemerintah selama ini adalah bisa memberangkatkan jamaah yang terdaftar, bisa menempatkan jamaah yang berangkat dipemondokan, bisa memberangkatkan jamaah untuk wukuf di Arafah dan membawa pulang jamaah yang selamat ke Tanah Air.
Empat parameter tersebut, kata Ade, sering dijadikan pemerintah sebagai alasan berhasil dalam penyelenggaraan haji. Padahal ada banyak catatan penting yang harus diperhatikan pemerintah terkait pelayanan terhadap jamaah.
Misalnya, lanjut Ade, terdapat 27 kendaraan dari Madinah ke Makkah yang tidak ber AC dan mogok di tengah perjalanan. Hal tersebut merupakan bukti nyata bahwa upaya pemerintah maaih belum makaimal dalam sisi transportasi.
Dari sisi pemondokan di Arafah, meskipun terjadi karena faktor alam, banyak tenda-tenda dari jamaah Indonesia yang rusak dan tertiup angin.
Terkait jamaah Indonesia yang menjadi korban dalam insiden di Mina, Ade mengatakan, hal tersebut merupakan bukti dari lemahnya pengamanan dan pengawasan pemerintah terhadap jamaah.
"Ini juga menunjukkan hubungan Indonesia dengan Arab Saudi masih lemah sehingga tidak punya daya tawar yang tinggi terhadap muassasah di Arab Saudi," kata dia.