Ahad 13 Sep 2015 14:29 WIB

Madrasah Masih Dipandang Sekolah Kelas Dua

Rep: Heri Purwata/ Red: Teguh Firmansyah
Murid kelas VI Sekolah Dasar (SD) Madrasah Ibtidaiyah Attaqwa mengikuti Ujian Nasional (UN) mata pelajaran Bahasa Indonesia pada hari pertama di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (18/5).
Foto: Antara/Dewi Fajriani
Murid kelas VI Sekolah Dasar (SD) Madrasah Ibtidaiyah Attaqwa mengikuti Ujian Nasional (UN) mata pelajaran Bahasa Indonesia pada hari pertama di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (18/5).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Madrasah selama ini masih dipandang sebagai sekolah kelas dua. Sehingga banyak warga masyarakat yang enggan untuk menjadikan madrasah sebagai sekolah pilihan utama bagi putra-putrinya.

"Kalau sudah tidak ada alternatif lain, baru memasukkan anaknya ke Madrasah," kata Rektor UII, H Harsoyo saat melakukan penandatanganan kerjasama Universitas Islam Indonesia dan Kanwil Kemenag DIY di Yogyakarta, Sabtu (12/9).

Padahal, lanjut Rektor, melalui madrasah, anak tak hanya memperoleh pendidikan agama, tapi sekaligus ilmu umum. Hal ini seperti UII yang didirikan oleh pendiri bangsa.

"UII didirikan agar menghasilkan pemimpin tidak hanya menguasai ilmu umum, juga menguasai agama. Tidak hanya mencerdaskan IQ, tetapi juga meningkatkan moral," kata Harsoyo.

Dengan kerja sama ini, kata Harsoyo, diharapkan UII bisa memberi kontribusi pengembangan madrasah di DIY. Sehingga madrasah menjadi pilihan utama para siswa di masa depan.

“Peluangnya cukup besar, sebab orang tua sudah mulai sadar menyekolahkan anak tidak hanya untuk membuat pandai IQ, tetapi juga meningkatkan moral,” kata Harsoyo.

Sementara Noor Hamid, Kepala Bidang Pendidikan Madrasah, Kanwil Kemenag DIY mengatakan jumlah madrasah di DIY semakin bertambah. Saat ini ada lebih dari  300 madrasah.

Namun bila dilihat dari sisi kualitas, madrasah masih kalah dengan sekolah umum. Karena itu, kerja sama Kemenag dengan UII diharapkan dapat meningkatkan kualitas madrasah. "Madrasah bisa menjadi pilihan utama bagi orang tua yang akan menyekolahkan anaknya," kata Noor Hamid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement