Sabtu 08 Aug 2015 14:50 WIB

Masyarakat Madura Gelar Istighotsah Doakan Muslim Tolikara

Sejumlah anggota TNI mengerjakan pembangunan pondasi untuk pembangunan Mushalla di Tolikara, Papua, Jumat (24/7).  (Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Sejumlah anggota TNI mengerjakan pembangunan pondasi untuk pembangunan Mushalla di Tolikara, Papua, Jumat (24/7). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, PAMEKASAN -- Masyarakat Madura menggelar istighatsah (memohon doa keselamatan secara massal) di depan Pendopo Pemerintah Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Sabtu (8/8).

Kegitan istighotsah dilakukan masyarakat Madura guna mendoakan Muslim Tolikara yang mengalami insiden penyerangan pada shalat Idul Fitri 1436 Hijriah lalu.

Dalam acara itu, sejumlah ulama Madura meminta umat Islam menahan diri dan mendukung kinerja aparat keamanan dalam mengusut kasus insiden yang menimpa umat Islam di Tolikara, Papua tersebut.

"Hati kita memang panas saat mendengar kabar ada saudara kita di Tolikara, Papua, diserang saat menunaikan ibadah Shalat Id, tapi mari kita serahkan penyelesaian kasus ini ke aparat penegak hukum," kata juru bicara ulama Madura dari Aliansi Ulama Madura (AUM), KH Fudlaly M Ruham.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Fudhalak, Barurambat, Pamekasan, Madura ini mengatakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harus diutamakan.

Istighatsah yang dihadiri ribuan santri dan ulama dari berbagai pondok pesantren di Madura itu, KH Fudlaly menjelaskan Islam adalah agama damai yang mengajarkan cara penyelesaian persoalan secara damai pula.

Jalur penegakan hukum melalui aparat penegak hukum yang ada di negara ini, kata dia, merupakan cara penyelesaian yang prosedural, karenanya ia meminta umat Islam di Indonesia menyerahkan sepenuhnya proses penyelesaikan insiden di Tolikara, Papua itu melalui aparat penegak hukum.

"Kami berharap agar polisi bisa segera menuntaskan kasus itu dengan menangkap semua pelaku dan aktor intelektual dalam kasus penyerangan umat Islam dan pembakaran masjid di Tolikara," katanya.

Para ulama yang hadir dalam kegiatan istighatsah ini juga menjelaskan kegiatan ini sengaja digelar lebih akhir, karena jika saat peristiwa terjadi, dikhawatirkan akan memicu emosi massa yang bisa menyebabkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement