REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- "Inilah khutbah wada' saya." Petikan ucapan yang dilontarkan Muhammad Sirajuddin Syamsuddin pada Senin (3/8) malam itu menandai akhir jabatannya di kursi Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, kursi yang selama dua periode ia duduki.
Malam itu, tokoh yang akrab dengan sapaan Din Syamsuddin itu menyampaikan pidato yang ia sebut sebagai khutbah wada' atau khutbah terakhir di hadapan sekitar 2600-an peserta Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Balai Sidang Muktamar Universitas Muhammadiyah Makassar, Sulawesi Selatan. Pidato Din sekaligus membuka sidang pleno perdana Muktamar tersebut.
Dalam pidatonya, Din menyatakan Muhammadiyah tidak perlu kehilangan asa dan kepercayaan diri menghadapi tantangan-tantangan yang ada. Muhammadiyah, kata Din, memiliki banyak pengalaman dan berhasil melewati berbagai cobaan yang tercatat dalam sejarah. "Pengalaman sejarah mendatangkan hikmah dan anugerah yang membawa Muhammadiyah mengalami kemajuan," ujarnya.
Din memang sudah tidak bisa menduduki kursi Ketua Umum karena AD/ART persyarikatan membatasi jabatan itu maksimal hanya dua periode. Din sebenarnya masih bisa menjadi salah satu anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Akan tetapi, Din memilih tidak melanjutkan kiprahnya di lingkaran elit persyarikatan yang didirikan KH Ahmad Dahlan itu.
"Walau boleh menjadi anggota PP Muhammadiyah, saya berpikir untuk tidak mengembalikan formulir (kesediaan)," ujarnya. Din mengaku keputusan tersebut ia pilih untuk memberi kesempatan beramal dan mengabdi kepada pengurus Muhammadiyah lainnya.
Sebelum menjabat Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din pernah menjabat Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah periode 1989-1993. Berselang tujuh tahun, Din untuk pertama kali masuk jajaran elit Muhammadiyah sebagai anggota PP.
Pada 2005, Muktamar Muhammadiyah ke-45 di Malang mengangkat Din Syamsuddin menjadi Ketua Umum. Ia melanjutkan estafet kepemimpinan dari cendekiawan Ahmad Syafii Maarif.
Din mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh anggota PP Muhammadiyah periode 2010-2015. Menurut Din, kerja sama yang terjalin selama lima tahun terasa begitu kompak. Ia mengakui, ada perbedaan pandangan di antara anggota PP. Akan tetapi, perbedaan itu selalu bisa terselesaikan tanpa muncul perpecahan.
Sebagaimana kerap ia sampaikan dalam pemberitaan sebelumnya, Din ingin melanjutkan kiprahnya di Muhammadiyah menjadi Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pondok Labu, Jakarta Selatan. Ranting adalah tingkat perwakilan organisasi paling rendah di Muhammadiyah. Ia meminta kepada Pimpinan Daerah Muhammadiyah Jakarta Selatan untuk memproses keinginannya bersama warga Pondok Labu untuk mendirikan ranting. "
Saya InsyaAllah Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah tersebut," ujar Din. Pernyataan Din sontak disambut tawa sekaligus riuh tepuk tangan muktamirin.
Ketua Komite Pengarah Haedar Nashir yang duduk di atas panggung bersama jejeran pimpinan Muhammadiyah lain menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya atas kontribusi Din kepada Muhammadiyah. Haedar yang juga salah satu Ketua PP Muhammadiyah menilai kontribusi Din begitu besar untuk pengembangan organisasi.
Tawa malam itu belum berakhir. Haedar mengatakan, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DKI Jakarta dan PDM Jakarta Selatan untuk tidak mempersulit proses berdirinya Ranting Pondok Labu gagasan Din. "Kalau sampai mempersulit nanti Pimpinan Pusat akan turun tangan," ujarnya disambut tawa hadirin.