REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kitab Suci Alquran mengandung ayat-ayat yang jelas (ayat muhkamat) dan ayat-ayat tidak jelas (ayat mutasyabihat). Sehingga sangat mungkin salah dalam menafsirkannya, apabila tidak mengetahui bahasa dan konteks historis.
Menteri Agama Republik Indonesia, Lukman Hakim Saefuddin mengatakan hal tersebut saat membuka Konferensi International bertajuk “News Trends in Quranic Studies” di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Selasa (4/8).
Dijelaskan Mendag, Alquran sebagai mukjijat Nabi Muhammad SAW, dipercaya shalih (relevan) untuk segala waktu dan tempat (//shalih li-kulli zaman wa-makan//). Pada saat pewahyuannya, orang Quraisy tidak percaya Alquran diturunkan dari Allah SWT.
"Dua belas tahun Nabi Muhammad berdakwah, hanya beberapa orang saja yang percaya kepada kenabiannya. Dakwah Nabi di Madinah, juga banyak Ahlul Kitab yang menolak kemukjijatan Alquran," kata Lukman.
Namun, kata Lukman, berkat kerja keras dan kesabaran Nabi, akhirnya Alquran dapat dipercaya orang-orang Makkah dan Madinah sebagai pedoman hidup mereka.
Lukman mengatakan Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW lima belas abad lalu dalam situasi dan keadaan keagamaan dan sosial yang sangat berbeda dengan keadaan sekarang. Fakta lain, Alquran diturunkan dalam bahasa Arab pada abad ke tujuh. Bahasa Arab juga berkembang dari waktu-ke waktu.
Konferensi International yang bertajuk “News Trends in Quranic Studies” diselenggarakan UIN Sunan Kalijaga bekerjasama dengan International Quranic Studies Association (IQSA).