REPUBLIKA.CO.ID,ANCHOURAGE -- Tahun ini Alaska adalah tahun
pertama bagi umat Muslim di Alaska menggunakan masjid untuk melaksanakan ibadah mereka selama bulan Ramadan.
Komunitas muslim di Alaska termasuk baru, generasi Muslim pertama masuk Alaska sekitar tiga puluh atau empat puluh tahun lalu. Generasi Muslim pertama ini, sejak lama mencita-citakan memiliki masjid.
Setelah sekian lama bercita-cita memiliki masjid, akhirnya pada tahun 2010 pembangunan masjid dimulai. Pembangunan berjalan dengan perlahan dan pada tahun 2015, masjid baru selesai separuhnya.
Biaya pembangunan masjid ini didapat dari sumbangan warga Muslim di seluruh Amerika, dan tidak ada bantuan dari negara apapun. Biayanya secara keseluruhan mencapai enam puluh miliar rupiah.
Lamin Jobardeh, presiden komunitas Muslim di Anchorage mengatakan, “Total biaya pembangunan masjid ini adalah 4,2 juta dolar AS dan baru selesai separuhnya. Bagian yang sudah selesai termasuk ruang kelas, yang saat ini digunakan untuk tempat sholat. Ruangan sholat utama diharapkan selesai bulan Desember tahun ini.”
Muslim di Alaska berjumlah sekitar dua hingga tiga ribu orang, dan sebagian besar tinggal di kota Anchorage.
Lamin menambahkan bahwa masjid ini menjadi pemersatu seluruh pendatang Muslim. Sebelumnya ada dua musholla di kota Anchorage yang didominasi pendatang Pakistan dan Arab Saudi.
Salah seorang Muslim asal Indonesia, Andrew Dotin, mengaku senang dengan kehadiran masjid pertama ini. “Subhanallah, Alhamdulillah. Ini masjid pertama di Alaska. Selama beberapa tahun kita menyewa ruko untuk kegiatan ibadah,” ujarnya.
Masjid ini belum mempunyai imam yang memimpin ibadah, oleh karena itu para jamaah bergantian memimpin ibadah.
Penduduk negara bagian Alaska sekitar tujuh ratus ribu orang dan lebih separuhnya tinggal di kota Anchorage karena iklim yang lebih hangat. Pada musim panas, saat Ramadan berlangsung tahun ini, suhu kota Anchorage berkisar sepuluh hingga dua puluh derajat celcius.
Langit masih terang saat menjelang waktu buka puasa. Sejak tiga tahun lalu, karena iklim yang esktrem, fatwa waktu berbuka puasa mengikuti waktu Mekah. Lamanya berpuasa sesuai waktu Mekah lebih ringan daripada sesuai waktu setempat, di mana puasa bisa berlangsung sekitar 21 jam lebih per harinya.