REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag Prof Abdurrahman Mas'ud menyatakan tidak semua orang pernah merasa lapar, namun dapat dipastikan semua orang pernah merasa kenyang.
Ibadah puasa selama sebulan penuh pada bulan suci Ramadhan telah banyak memberi pelajaran yang pantas dipetik oleh umat Islam, termasuk di dalamnya hikmah, faidah dan fadhilah sebagai bekal mengarungi kehidupan mendatang, kata Abdurrahman Mas'ud di kediamannya kawasan Cipayung, Jakarta Timur, Rabu (15/7) malam.
Mantan Direktur Program Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang (September 2000) ini melihat jika diibaratkan, Ramadhan adalah sebuah 'madrasah' yang di dalamnya ada pendidikan, ujian, dan berakhir wisuda.
Pasalnya, selama 12 jamx30 hari mulai terbit fajar hingga terbenamnya sang surya, semula sesuatu yang halal menjadi haram. Makan dan minum yang awalnya halal bagi manusia sepanjang hari, di bulan Ramadhan menjadi haram.
"Satu hal yang bisa kita petik sebagai aspek sosial puasa, yakni semua orang pernah merasa kenyang. Namun, tidak semuanya pernah merasakan lapar," ungkap Wakil Direktur Program Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang (1997-1999) ini.
Muslim di seluruh dunia akan menyelesaikan ibadah puasa. Tentu, kata mantan Ketua ICMI Los Angeles AS (1992-1995), umat Islam berkaca pada tradisi mulia para umat terdahulu. Dalam Islam, meneruskan tradisi baik atau modeling, termasuk dalam kategori menghidupkan sunah Rasulullah. Sungguh tradisi puasa adalah tradisi Muhammad SAW dan tradisi para nabi sebelumnya seperti Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail AS.
Lulusnya kaum muslimin pada ujian lapar dan dahaga inilah yang kemudian menjadikan umat Islam layak diwisuda dengan perayaan Idul Fitri atau akrab disebut Lebaran. Idul Fitri bagi kaum muslimin bisa dianalogikan dengan graduation day (perayaan wisuda) bagi mereka yang lulus dari studi dan training selama bulan Ramadhan penuh.
Mereka yang tulus menunaikan puasa, tekun salat tarawihnya, rajin membaca dan mengkaji ayat-ayat Tuhannya, bermunajat kepada Penciptanya di tengah malam buta (saharul layaaliy) tatkala manusia lagi asyik dengan mimpinya, menggalakkan amal sosial berupa zakat fitrah, zakat mal, dan aneka amal sosial lainnya, pasti akan merindukan bulan puasa di tahun-tahun mendatang, ia menjelaskan.
Kerinduan inilah yang hanya dimiliki oleh manusia beriman yang mendapatkan diploma dan degree dari Allah dalam Alquran, yakni muttaqin atau manusia bertakwa, katanya.
Manusia bertakwa dan berkualitas ini pulalah yang mampu menyerap wisdom (hikmah) sebagaimana sabda Rasul; "Jika umatku memahami dan mengerti makna puasa, niscaya mereka akan meminta puasa berjalan setahun penuh."
Gelar muttaqin ini, menurut dia, sesungguhnya label dari Allah dan perwujudan dari human perfection dalam proses mengabdi kepada-Nya dengan tiada henti dan tanpa pamrih. Allah memujanya dalam Al-Quran (87: 14-15): "He is successful who grows and remembers the name of his Lord, so prays" (Sungguh beruntunglah seseorang yang berhasil menyucikan diri (dengan berpuasa dan amal sosial), mengingat, dan menyebut nama Tuhannya, kemudian menegakkan salat).