Rabu 15 Jul 2015 13:18 WIB

Muhammadiyah: Jangan Mempermasalahkan Perbedaan 1 Syawal

Logo Muhammadiyah.
Foto: Antara
Logo Muhammadiyah.

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kupang, Nusa Tenggara Timur Din Hamja mengimbau umat Islam untuk tidak saling menyalahkan jika terjadi perbedaan dalam penetapan 1 Syawal 1436 Hijriah, melainkan dengan kepala dingin menghormati adanya perbedaan tersebut.

"Jangalah mempermasalahkan jika terjadi perbedaan dalam penetapan 1 Syawal 1436 Hijriah. Kebersamaan itu tidak harus seragam, karena bagaimana pun jumlah rakaat tarawih kita juga berbeda," kata Din Hamja kepada Antara di Kupang, Rabu (15/7).

Dosen Agama Islam pada Universitas Muhammadiyah Kupang mengatakan hal tersebut berkaitan dengan kemungkinan adanya perbedaan dalam penetapan 1 Syawal 1436 Hijriah, serta reaksi masyarakat dalam menerima perbedaan tersebut.

Menurut guru Madrasah Aliyah pada Kementerian Agama Kantor Wilayah NTT itu, perbedaan pada awal puasa atau awal Idul Fitri di Indonesia, sudah berlangsung sejak lama. "Antara Islam Muhammadiyah dan Islam NU sudah biasa dengan perbedaan tersebut, sehingga kita tidak perlu memperdebatkan lagi," katanya menegaskan.

Ia menambahkan jika ada umat Muslim yang merayakan Idul Fitri pada pada 17 Juli, misalnya, tidak perlu menghina bagi yang belum merayakannya dengan menyebutnya haram berpuasa pada tanggal 17 tersebut.

Demikian pun halnya dengan umat muslim yang merayakan Idul Fitri pada 18 Juli. "Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin tidak mempermasalahkan jika terjadi perbedaan dalam penetapan 1 Syawal 1436 Hijriah," ujarnya.

Menurut dia, penetapan 1 Syawal 1436 Hijriah berpotensi menimbulkan berbeda antara organisasi kemasyarakatan Islam yang satu dengan ormas Islma yang lain dengan pemerintah.

Sementara itu, Ketua MUI NTT Abdul Kadir Makarim yang dihubungi secara terpisah mengharapkan jika adanya perbedaan dalam penetapan 1 Syawal 1436 Hijriah, jangan menjadi bahan perdebatan di kalangan para alim ulama.

"1 Syawal 1436 Hijirah, jatuh pada tanggal 17 atau 18 Juli, sama-sama baiknya. Sekarang tinggal disepakati oleh kalangan muslim dari NU dan Muhammadiyah dan pemerintah dengan terlebih dahulu melakukan rukyatul hilal," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement