REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Hulu dari pembangunan bangsa adalah pendidikan. Sayangnya, mutu pendidikan di Indonesia saat ini masih rendah.
Hal ini ditandai dengan kualitas guru yang masih rendah (rata-rata kompetensi guru di Indonesia hanya 44,5. Padahal, nilai standar kompetensi guru adalah 75).
Selain itu juga akibat ketidakmerataan pendidikan hingga ke daerah, serta angka putus sekolah yang masih tinggi (75 persen sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar layanan minimal pendidikan).
Dompet Dhuafa, sebagai lembaga zakat yang peduli terhadap dunia pendidikan, mempunyai fokus untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
"Setidaknya, ada empat program pendidikan di Dompet Dhuafa yaitu, Beastudi Indonesia, Makmal Pendidikan, SMART Ekselensia, dan Sekolah Guru Indonesia,'' jelas Sri Nurhidayah, General Manager Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa kepada Republika.
''Semuanya, adalah program investasi pada sumber daya manusia berbasis pendidikan,'' ungkap General Manager Divisi Pendidikan Sri Nurhidayah saat berbicara mengenai laporan satu semester 2015 Program Pendidikan Dompet Dhuafa, Jumat (3/7) di Tangerang Selatan.
Sri Nurhidayah yang akrab disapa Bu Nuk ini menjelaskan, Beastudi Indonesia terbagi ke dalam tiga program yaitu Beastudi Etos, beastudi aktivis nusantara, dan beastudi kepakaran.
''Beastudi Etos yang berada di 16 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ini diberikan untuk mahasiswa berprestasi dengan keterbatasan ekonomi. Adapun fokus beastudi etos sendiri adalah pembinaan, pendampingan, dan pemberdayaan. Jumlah peneriman manfaat beastudi etos hingga 2014 sebanyak 567 orang,'' jelasnya.
Sedangkan Beastudi Aktivis Nusantara adalah program yang berfokus pada mahasiswa untuk membentuk negarawan pemimpin berkarakter, kontributif dan berprestasi.
Menurut Bu Nuk, Ada tujuh kampus yang bekerjasama dalam Beastudi Aktivis Nusantara ini yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjadjaran (Unpad), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Indonesia (UI), dan Universitas Gajah Mada (UGM).
Selain itu juga, Universitas Sriwijaya (Unsri),dan Universitas Sebelas Maret (UNS). ''Tahun 2015, jumlah penerima manfaat Beastudi Aktivis Nusantara berjumlah 91 orang,'' jelas Buk Nuk.