REPUBLIKA.CO.ID, MOSCOW -- Lebih dari 300 imam dari seluruh Rusia ikut serta dalam program pendidikan menangkal gerakan militan Islam. Para imam di Rusia mengambil kursus pelatihan ini agar meminimalisir perekrutan warga Muslim menjadi ekstrimis.
Selain itu secara garis besar, berfungsi untuk menghindari masuknya ideologi Islam radikal di seantero Rusia.
"Dalam program pelatihan itu kita bersentuhan dengan topik-topik sulit yang mengajarkan kita kenapa orang mau bergabung dengan gerakan radikal," ujar Rais Izmailov kepada suratkabar Rusia, Izvestiya, Jumat (19/6).
Rais yang menjabat sebagai Kepala Deputi Institut Islam Moskow menyambut baik kegiatan tersebut. Bentuk pelatihan yang diberikan seperti metode komunikasi kepada kalangan pemuda-pemudi yang kerap jadi target cuci otak gerakan radikal. Selain itu masih ada pelajaran tentang sejarah Islam, teologi Islam, politik, dan geografi.
"Perlu diperhatikan kalau negara Islam bukan gerakan baru dalam sejarah Islam. Sebelumnya pernah ada gerakan serupa, mereka membunuh orang Muslim dan non Muslim," katanya. Menurutnya gerakan ekstrimis tersebut tergila-gila dengan kepercayaannya sendiri seperti pernah terjadi dahulu dengan gerakan Kharijites.
Perlu diketahui, konsul keamanan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan pada Mei lalu diperkirakan ada lebih dari 25 ribu warga asing menjadi pejuang ISIS. Para warga asing tersebut diperkirakan berasal dari 100 negara berbeda. Tentunya hal itu sangat mengkhawatirkan pemerintah Rusia sehingga berniat baik merangkul Muslim demi mencegah meluasnya gerakan radikal.