REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Saran komunitas Muslim untuk memisahkan pantai antara pria dan wanita mendapat dukungan dari perwakilan Gereja Ortodoks Rusia, komunitas Yahudi, dan Buddha.
Permintaan kepada pemerintah kota Moskow telah disusun dan diajukan oleh Albir Krganov, wakil ketua Direktorat Spiritual Muslim Rusia sekaligus anggota Public Chamber. Mereka mengaku ratusan ribu masyarakat keagamaan di Moskow tidak bisa mengunjungi pantai yang bercampur antara pria dan wanita.
“Kami memandang perlu untuk membuka zona rekreasi tambahan bagi warga ibu kota yang tidak bisa datang ke pantai umum atas alasan agama atau moral,” tulis Krgnov dalam suratnya, dilansir dari Fars News Agency, Ahad (7/6).
Menurut mereka, Turki dan Jerman memiliki pantai yang terpisah antara pria dan wanita dan ini berdampak positif. Di Federasi Rusia, pantai seperti itu juga telah ada di kota Kazan, ibu kota Republik Tatarstan yang mayoritas Muslim.
Surat itu ditandatangani oleh kepala departemen hubungan masyarakat Gereja Ortodoks Rusia Vsevolod Chaplin, Presiden Asosiasi Komunitas Yahudi Rusia Aleksey Boroda, dan perwakilan dari Komunitas Buddha Tradisional Rusia, Andrey Balzhirov.
Seorang anggota komisi Public Chamber berkomentar di Harian Izvestia bahwa inisiatif itu tidak hanya diperlukan untuk kepentingan agama, tetapi juga moral sekuler.
Wakil Presiden Russion Union of Tourist Industry, Yuri Barzykin juga mendukung rencana tersebut. Ia berpendapat bahwa pantai yang terpisah dapat membantu semua pemeluk agama untuk menemukan tempat yang nyaman bagi mereka.