Ahad 17 May 2015 20:31 WIB
Kontroversi Nada Membaca Alquran

Wasekjen MUI: Pembaca Alquran dengan Langgam Mendayu akan Dilaknat

Rep: c23/ Red: Agung Sasongko
  Jamaah masjid membaca Alquran usai shalat dhuhur berjamaah di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (2/7).   (Republika/ Wihdan)
Foto: Republika/ Wihdan
Jamaah masjid membaca Alquran usai shalat dhuhur berjamaah di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (2/7). (Republika/ Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekretaris Jendral Majelis Ulama Indonesia Tengku Zulkarnaen mengatakan, dalam hadis shohih, Rasulullah pernah mengatakan pada akhir zaman akan muncul orang-orang pembaca Alquran yang mendayu-dayu seperti tiupan seruling.

"Dan mereka (yang membaca Alquran langgam Jawa dan mendayu-dayu) akan dilaknat," jelas Tengku pada ROL, Ahad (17/5). Hal ini, kata dia, telah dikatakan nabi dan rasul.

Ia menerangkan Rasul juga pernah bersabda dalam hadits Ahmad yang sohih. Dalam hadits tersebut, Rasul mengkhawatirkan enam hal yang akan terjadi pada umatnya, salah satunya adalah menjadikan Alquran seperti nyanyian. "Nanti ada baca Alquran langgam jawa, dangdut, seriosa, bugis, melayu, india, dan lainnya. Astaghfirullah," ucap Tengku.

Menurutnya, hal ini cukup ganjil. Dia menilai semua orang yang berakal waras seharusnya tahu jika bahasa itu mesti sempurna saat memakai dialek dan intonasi. "Apalagi ini, wahyu ilahi," tegasnya.

Langgam Jawa ketika membaca Alquran, lanjutnya, akan merusak fashihnya Alquran. Hal ini karena saat membaca Alquran membaba Alquran dengan langgam Jawa, pembacanya pasti harus mempertahankan totok-medok bahasa Jawa.

"Demi menjaga kelok dan langgamnya, maka panjang dan pendeknya jadi berantakan. Demi menjaga langgam dan "ruh" Jawanya yang mesti totok-medok Jawanya, jadi rusaklah fashohnya," tutur Tengku. 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement