REPUBLIKA.CO.ID,TASIKMALAYA -- Umat muslim sejati mempunyai karakter mulia. Salah satunya, Muslim yang menyandang gelar ustaz atau kiai seharusnya membuat seorang yang disegani di masyarakat makin tawwadu’ (rendah hati).
“Saat belajar di pesantren, saya diberi pesan oleh sang guru. Yang pertama, mualim dan muta'alim yang artinya sebagai muslim harus siap mengamalkan ilmu dan mencari ilmu. Meski telah bergelar ustaz atau kiai, seorang muslim tidak boleh merasa dirinya sudah cukup ilmu,” terang salah satu pendiri Forum Pengajian Agama Islam (FPAI) Sukajaya ustaz Abdul Mutolib (32 tahun), akhir pekan lalu.
Tokoh muda di Kampung Sukajaya, Desa Sirnajaya, Kecamatan Karangjaya, Kabupaten Tasikmalaya ini menegaskan, kedua sosok tadi harus belajar sepanjang masa sebagi wujud bersyukur atas kebesaran Allah SWT atas ilmu yang dimilikinya.
Seorang Muslim, kata Mutolib, harus bisa menjadi pemimpin atau murabbi. Minimal memimpin keluarganya. Membimbing anak dan istri agar berada di jalan yang benar. Serta menjadi seorang muaddib yang membina keluarganya.
“Sebagai contoh membina keluarganya menjadi keluarga yang sakinah mawadah dan warohmah. Jika ia seorang guru, maka ia harus mampu membina anak didiknya,” cetusnya.
Lalu, sikap sebagai mujahid harus dimiliki seorang Muslim. Baik dalam melakoni jihad fisabilillah atau berjuang di jalan yang benar.