REPUBLIKA.CO.ID, Isra Mi’raj, adalah peristiwa bersejarah nan agung. Rangkaian kejadian yang terjadi selama proses Isra Mi’raj, merupakan bentuk akselerasi pengukuhan Muhammad SAW sebagai rasul dan nabi terakhir. Para ulama pun sepakat peristiwa tersebut benar-benar terjadi.
Meski demikian, ungkap Syekh Abdul Qadir bin Muhammad bin Abdurrahman al-Junaid dalam al-Ikhtilaf fi Ta’yin al-Isra’ wa al-Mi’raj, mereka berselisih pandang terkait kapan peristiwa bersejarah itu berlangsung.
Penegasan adanya selisih pandang di kalangan ulama ini pernah pula ditulis oleh sejumlah ulama. Sebut saja, Imam al-Qurthubi dalam kitab at-Tamhid, Abu al-Faraj Ibn al-Jauzi di kitab al-Wafa’ Bita’rif Fadhail al-Musthafa, Imam as-Sakhawi yang bermazhab Syafii juga menyatakan adanya perbedaan itu di karyanya yang berjudul al-Ajwibah al-Mardhiyah fima Suila as-Sakhawi ‘anhu min al-Ahadits an-Nabawiyyah, dan Imam al-Harawi al-Makki al-Hanafi di kitab as-Syifa Bita’rif Huquq al-Musthafa.
Ada banyak ragam pendapat soal waktu berlangsungnya Isra Mi’raj, salah satu pendapat memyebutnya ada sepuluh opsi. Tetapi, mengurucut pada tujuh opsi. Pendapat yang pertama menyatakan bahwa Isra Mi’raj terjadi pada Rajab. Pendapat ini dirujuk oleh Ibn al-Jauzi, al-Maqdisi yang bermazhab Hanbali, dan Imam an-Nawawi di satu riwayat.
Opsi ini mendapat sanggahan dari sejumlah kalangan antara lain dari Ibn Dihyah al-Kalbi, Abu Syamah al-Maqdisi, dan Ibn Hajar al-Asqalani. Riwayat yang menyatakan Isra Mi’raj terjadi pada Rajab, dinyatakan lemah, bahkan tak sedikit perawinya terindikasi berbohong.
Pendapat yang kedua yakni, waktu terjadinya Isra Mi’raj ialah pada Rabiul Awwal, tepatnya 27 malam. Opsi ini pilih oleh Abu Ishaq al-Harbi, Ibn Dihyah al-Kalbi al-Maliki, an-Nawawi di satu riwayat. Oleh al-Qadhi Ibn al-Munir al-Iskandari al-Maliki, opsi ini dinilai sebagai pandangan terkuat dari sekian pendapat yang pernah ada.
Sedangkan opsi yang ketiga, tak jauh beda dengan kelompok kedua yaitu terjadi pada Rabiul Awwal. Hanya saja, tanggal kejadiannya bukan 27 melainkan 17 malam. Imam as-Sakhawi dalam kitab Uyun al-Atsar memaparkan, opsi yang ketiga ini lah yang paling populer.Pandangan ini merupakan pendapat beberapa sahabat antara lain, Ibn Abbas, Abdullah bin Amar bin al-Ash, Ummu Salamah, dan Aisyah.
Opsi keempat, peristiwa ini terjadi pada Sabtu malam 17 Ramadhan. Ini seperti dinukilkan oleh Ibn Sa’ad di kitab at-Thabaqat yang mengutip riwayat dari Abu Bakrah. Riwayat ini dinilai lemah, menyusul keberadaan Muhammad bin Umar al-Waqidi yang dinyatakan lemah.
Kelima, seperti yang disebutkan oleh Imam al-Mawardi, peristiwa ini waktunya pada Syawwal. Keenam terjadi di Dzulqa’dah, seperti dinukilkan oleh Ibn Katsir di kitab al-Bidayah wa an-Nihayah. Di kitab yang sama, Ibn Katsir juga mengindikasikan waktu kejadian yang lain, yaitu Isra Mi’raj terjadi pada 12 Rabiul Awwal. Ketujuh, Isra Mi’raj ada di 27 malam Ramadhan. Pendapat ini disinyalkan oleh Imam al-Qasimi di kitab Mahasin at-Ta’wil.