Ahad 03 May 2015 09:14 WIB

Radikalisme Bukan Produk Agama

Buku Pendidikan Islam di SMA Jombang yang dinilai bermuatan ajaran radikal.
Foto: AGPAII
Buku Pendidikan Islam di SMA Jombang yang dinilai bermuatan ajaran radikal.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM --Wakil Gubernur NTB H Muhammad Amin menegaskan, radikalisme bukanlah produk ajaran dari sebuah agama, melainkan emosi individual didasarkan pada interpretasi keagamaan yang salah.

"Menangkal radikalisme dibutuhkan pemahaman yang benar terhadap ajaran agama," kata Wakil Gubernur H Muhammad Amin di Mataram, Sabtu Kemarin.

Menurutnya, peningkatan pendidikan dan pendalaman terhadap ajaran Islam merupakan solusi terbaik yang perlu terus dikembangkan. Karena dengan pemahaman agama yang benar maka akan menghindarkan umat dari perilaku-perilaku negatif dan pemahaman ajaran agama yang menyesatkan.

Dalam beberapa kasus, kata wagub, ideologi juga tak selalu menjadi penyebab utama munculnya perbuatan radikal. Karenanya, tak jarang, ternyata malah faktor ekonomi-lah yang menjadi alasan terkuat.

Dia mencontohkan, metode perekrutan yang dilakukan ISIS (Islamic State of Irak and Suriah) yang ternyata sangat radikal dan aksinya berhasil menggemparkan seluruh dunia.

"Untuk merekrut anggota dari Indonesia, selain mengatasnamakan panji-panji islam, jaringan ISIS juga sengaja menjanjikan iming-iming gaji sebesar Rp16 juta per orang," ungkap Amin pada acara seminar yang mengusung tema "Menangkal Ideologi Radikal dengan Paham Ahlus Sunnah Wal Jamaah Ala Indonesia" diinisiasi Lembaga Ta'mir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) Provinsi NTB.

Meski demikian, diakui wagub, jika saat ini paham radikalisme memang tidak terlalu berkembang di NTB. Namun, dia mengajak seluruh masyarakat dan pihak terkait di NTB untuk terus waspada. Mengingat, wagub tak menampik, jikalau masih ada kemungkinan upaya penyebaran paham teroris dan radikal yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement