Ahad 26 Apr 2015 08:48 WIB

Soal Paham Radikal, Menag: Jangan Salahkan Globalisasi

Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin mengikuti rapat kerja dengan Komisi VIII DPR RI terkait Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) pada tahun 2015 di Komisi VIII Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (22/4).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin mengikuti rapat kerja dengan Komisi VIII DPR RI terkait Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) pada tahun 2015 di Komisi VIII Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (22/4).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengharapkan masyarakat jangan sampai menyalahkan globalisasi karena kondisi dan perkembangan zaman tidak bisa dicegah, bahkan masuknya nilai-nilai asing pun tidak bisa dicegah.

"Kita tidak bisa menyalahkan arus globalisasi yang terus tumbuh, bahkan nilai-nilai asing yang masuk ke negeri inipun tidak bisa kita cegah lagi. Dan, yang bisa kita lakukan adalah memperkuat benteng diri kita agar tidak sampai terbawa arus," katanya di Malang, Sabtu Kemarin.

Menteri Lukman mengatakan hal itu ketika menghadiri sarasehan tentang "Paham Radikal dan Penanggulangannya" di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang.

Ia mengemukakan paham Negara Islam Irak-Suriah (ISIS) yang saat ini marak, termasuk di Indonesia, merupakan paham yang berbahaya karena paham itu mewajibkan anggotanya memerangi orang yang menentang atau tidak sepaham dengannya.

ISIS, katanya, sudah masuk ke negeri ini, sehingga semua pihak harus waspada dan hal itu sebagai tantangan bagi Indonesia yang memiliki umat Muslim terbanyak di dunia. Oleh karena itu, semua pihak, terutama para pemuka agama, bisa mengimbangi dengan memberikan pemahaman dan pengetahuan pada masyarakat secara benar.

"Kita jangan sampai menjadi ladang yang empuk bagi berkembangnya paham-paham yang menyimpang dari ajaran agama maupun Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," ujarnya.

Ia mencontohkan negara tetangga, seperti Yaman, bisa berkonflik dengan saudara lain karena adanya paham radikal. Ia menyebut paham radikal sebagai berbahaya, sehingga Indonesia harus ekstra waspada agar bisa dicegah dan tidak meluas.

"Salah satu upaya yang bisa kita lakukan adalah memadukan konsep-konsep civitas akademi dengan pesantren dapat menjadi penanggulangan masuknya paham radikal di Tanah Air," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement