Selasa 24 Mar 2015 07:41 WIB

Profesor Biologi: Alquran tidak Bertentangan dengan Ilmu Pengetahuan

Mualaf tengah berdoa (ilustrasi)
Foto: onislam.net
Mualaf tengah berdoa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SALSBURG -- Amina Islam lahir di Linz, Austria. Masa kecilnya habis di Munich, Jerman sebelum akhirnya ia dan kelurga menetap di Salzburg, Austria.

Amina dibesarkan dalam tradisi Kristen konservatif. Orang tuanya mendidik Amina sangat keras soal agama, moral, dan etika. "Setamat SMA, saya pelajari biologi baik di dunia kerja maupun kuliah di Universitas Salzburg," kenang dia seperti dilansir Onislam, Selasa (24/3).

Sejak awal, Amina memang aktif di gereja. Ia pelajari Alkitab. Beberapa tahun kemudian, semakin intens ia membaca banyak hal yang ia ragukan. "Saya lebih percaya adanya seorang manusia yang diutus Tuhan untuk menunjukan jalan yang benar melalui teladan dan ajarannya," kata dia.

Amina kemudian meneliti lebih lanjut soal temuannya itu. Satu kesempatan, ia harus berangkat ke Mesir untuk menjalani liburan. Satu hal yang dipikirkannya, Mesir adalah negara Islam. Penduduk mayoritas di sana memeluk Islam.

"Pengetahuan saya tentang Islam saat ini hanya prasangka buruk yang dihasilkan oleh orang-orang non-Muslim dan media. Saya tidak pernah berinteraksi dengan Muslim, dan saya memang tidak ingin berinteraksi dengan mereka. Dalam bayangan saya, Islam adalah agama yang menakutkan dan kaku," kata Amina yang kini bergelar profesor ini.

Amina pun tiba di Mesir. Di tempat hotel ia menginap, ia bertemu Walid, suaminya kelak. Keduanya aktif berkomunikasi dan berlanjut hingga Amina kembali ke Austria. Selama perjalanan pulang, Amina menyadari banyak hambatan soal hubungannya dengan Walid. Mulai dari usia, budaya, pendidikan, dan agama.

Tak berselang lama, ada perempuan Mesir yang bekerja di lembaga tempat Amina meneliti. Dari perempuan itu, Amina belajar tentang banyak hal soal Islam, budaya, dan bahasa Arab. Awalnya, niatan Amina belajar hanya karena mempermudah hubungannya dengan Walid.

Namun, ketertarikan itu melebihi niatan Amina. Ia mulai tertarik mempelajari tentang Islam. Ia beli Alquran terjemahan bahasa Jerman. Ketika membacanya, Amina terkeut.

"Saya menemukan konsep Ketuhanan yang sesuai dengan pemikiran saya," kata dia.

Walid dan Amina akhirnya menikah. Di saat bersamaan, Amina semakin intens mempelajari Islam. Ia semakin terkesan dengan Islam dan Muslim. Setibanya kembali dari Mesir, Amina mendatangi masjid dengan harapan mendapatkan informasi lebih lengkap.

"Alquran tidak hanya menjelaskan tentang Tuhan dan penciptaan dunia, tetapi juga bicara ilmu alam. Alquran tidak bertentangan ilmu pengetahuan. Saya diizinkan dan didorong Alquran menggunakan logika, kata dia.

Pada awal bulan Ramadhan 2004, Amina akhirnya mengucapkan dua kallimat syahadat. "Saya sangat senang menjadi milik umat Muslim. Saya mencoba untuk bertumbuh dalam iman kepada Allah dan pengetahuan tentang Islam dan untuk memenuhi hukum Islam sebaik mungkin," ucapnya.

Namun, ada dua masalah yang tersisa. Orang tua amina belum tahu, ia menjadi Muslim. Orang tuanya sudah tua dan sakit. Amina cemas, kabar keislaman dirinya akan menambah tekanan orang tua. Masalah kedua, ia belum bisa mengenakan hijab. Faktor lingkungan dan tempat kerja menjadi pertimbangan Amina.

"Di sisi lain, saya menggunakan setiap kesempatan untuk berbicara tentang Islam. Saya mencoba untuk hidup sebagai Muslimah yang baik, menerapkan ajaran Islam, dan memberikan contoh yang baik. Allah akhirnya membantu saya menemukan cara yang tepat dalam pencarian kebenaran, Alhamdulillah," tutupnya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement