REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Ekonomi Islam Universitas Indonesia Ali Sakti mengatakan, stasiun televisi Islam nasional bisa saja memicu daya tarik investor untuk menanamkan modalnya. Syaratnya, stasiun televisi tersebut dapat memadukan konsep ideologi Islam dengan perspektif Industri yang sangat memperhatikan suatu kemasan yang menarik bagi masyarakat.
“Bisa saja (TV Islam nasional) memancing daya tarik bagi investor, asalkan bisa mengkompromikan perspektif idelogi Islam dengan perspektif industri yang tentu ingin kemasan bisa laku di pasaran,” kata Ali kepada ROL, Kamis (19/3).
Ali menjelaskan, beberapa TV Islam yang pernah ada sangat sarat dengan tayangan dan program yang identik dengan ideologi keislaman yang begitu kental. Akan tetapi, ia menilai kecendrungan program yang disuguhkan televisi Islam ini sedikit kaku dan tidak mendapat respon masyarakat secara masif. Misalkan dicontohkan Ali tayangan pengajian, pembacaan ayat suci.
Bila ingin tetap eksis dan mendapat tempat dt tengah-tengah masyarakat, televisi Islam menurut Ali harus tidak kalah kreatif dari televisi umum, di mana menayangkan program-program yang sesuai dengan selera masyarakat, seperti anak-anak, remaja dan kalangan muda. Akan tetapi, kreativits yang dituntut tetaplah tidak keluar dari koridor perspektif Islam.
“Kalau kemasan dibuat sekreatif mungkin, menarik, dan disukai masyarakat, kalangan pemodal tentu juga akan tertarik untuk menanamkan investasinya di sana,” ujar Ali.
Selain itu, Ali juga mengingatkan, bila ingin eksis, televisi Islam juga harus mendapat dukungan dari pihak pemerintah. sebab, dalam perjalanannya, suatu televisi akan menemui masa transisi yang disebabkan pergantian zaman dan juga pergantian era pemerintahan.
“Selain ditopang dengan modal, harus didukung oleh pemerintah juga,” ucapnya.