REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Seorang pria Muslim, Sarfraz Manzoor mengaku pertama kali mulai memanggil dirinya sebagai Muslim moderat pada tahun 1989 sebagai akibat dari kasus Salman Rushdie.
Ia percaya, kebebasan berbicara dan toleransi merupakan hal yang wajar dilakukan dan ia tidak melihat adanya kontradiksi dalam struktur nilai dan hukum negara Inggris untuk menjadi Muslim.
Untuk itu ia memutuskan untuk berkeliling negeri berdiskusi dengan sesama Muslim. Ia menemukan beberapa orang tidak sepakat tentang definisi moderat.
"Saya melihatnya sebagai kritik, seorang wanita di Luton mengatakan kepada saya Anda memberi saya label ini didasarkan pada bagaimana saya melihat dan bagaimana aku berpakaian," ujar Sarfraz Manzoor seperti dilansir The Guardian, Selasa (17/3).
Survei yang dilakukan BBC baru-baru ini dengan melibatkan 1.000 Muslim Inggris mengungkapkan bahwa 95% muslim Inggris mengatakan, mereka memiliki loyalitas ke Inggris dan tidak memiliki simpati untuk para pelaku serangan di Paris.
Sebanyak 27% memiliki simpati untuk motivasi di balik serangan Paris dan 45 % mengatakan ulama berkhotbah tentang kekerasan terhadap barat bisa dibenarkan sebagai berhubungan dengan pendapat kebanyakan umat Muslim.
Salah seorang mahasiswa di Leicester mengatakan tidak seperti kebanyakan muslim, ia akan menjabat tangan seorang wanita. Ia mengakui, sikapnya untuk berjabat tangan dengan lawan jenis mendefinisikan dirinya sebagai moderat.