Jumat 06 Mar 2015 13:57 WIB

Syamsuddin: Alquran Kitab Suci yang Sangat Unik

Mualaf (Ilustrasi)
Foto: Onislam.net
Mualaf (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  TANGERANG SELATAN --  Atas hidayah Allah SWT, Syamsuddin dan keluarga dibimbing syahadat Sang Kakek pada tahun 2000. Setelah bersyahadat, Syamsuddin dan keluarga memutuskan pindah rumah.

"Sejak saat itulah saya dan keluargaku beragama Islam. Saya pun telah dianggap sebagai anak sendiri oleh seseorang yang selama ini kuanggap sebagai kakek," kata dia seperti dilansir Pesantren Mualaf Annaba Center, Jumat (6/3).

Setelah berpindah agama, Syamsuddin merasakan perbedaan besar antara Islam dan agama lamanya. Islam mengajarkan tentang bagaimana itu Tuhan. Tuhan adalah Esa, yaitu Allah Swt.

"Islam mengajarkan mengenai konsep Ketuhanan dengan baik. Dalam Islam, Allah memang tidak dapat terlihat oleh mata dan panca indera yang lain. Tetapi, keberadan-Nya dapat dibuktikan dengan adanya segala ciptaan-Nya, yaitu alam beserta isinya," kata dia.

Oleh sebab itu, bukanlah panca indera semata yang membuktikan kebenaran Allah melalui ciptaan-Nya, melainkan juga dengan pikiran dan hati nurani manusia. "Coba pembaca renungkan dengan baik, dari mana sebenarnya kita berasal? Jawabannya kita berasal dari dari yang satu, yaitu diciptakan oleh Allah, Tuhan Yang Maha Esa," kata dia.

Selain itu, Santri Pesantren Mualaf Annaba Center ini mengungkap Alquran adalah kitab suci yang sangat unik. Mulai dari proses turun, penulisan, penghafalan, kodifikasi, hingga pembukuan, sehingga dapat kita baca sampai saat ini. Apalagi isinya, penuh dengan ilmu pengetahuan, tuntunan untuk hidup yang lebih baik, di dunia dan di akhirat kelak.

"Tidak pernah mengalami revisi dan mendapat campur tangan manusia. Mudah diingat dan dihafal oleh seluruh umat muslim yang ada di dunia," kata dia.

Syamsuddin mengaku, pengetahuannya soal itu diketahuinya ketika ia mempelajari Islam selama dua tahun. Namun, sebelum itu, pengetahuan tentang Islam sangatlah sedikit. Ia mengaku lebih banyak bermain tanpa berpikir apa yang harus dilakukan setelah berpindah agama.

Baru tahun 2008, Syamsuddin mengenal shalat. Sebelumnya, seperti kebanyakan umat Islam baik di daerah yang sudah maju taraf ekonominya maupun yang miskin enggan melaksanakan shalat. "Saya akui ketidaktahuanku soal Islam membuatku malas shalat. Tapi saya memiliki semangat untuk belajar," kata dia.

Pada tahun 2010 yang lalu, mulailah Syamsuddin mengenal huruf-huruf dalam Alquran. Berawal dari Iqro' hingga ia bisa membaca Alquran dan mulai menghafalnya sekarang. Adalah seorang guru yang mengajariku untuk membaca ayat-ayat Alquran.

"Saya mulai memahami arti Alquran karena sekarang sudah banyak beredar Alquran terjemah. Ini semakin membantuku mengenal Islam lebih dalam. Sayangnya, hal ini tidak berlangsung lama," kata dia.

Menginjak kelas dua SMP, Syamsuddinmulai terkontaminasi dengan pergaulan bebas ala teman-temannya. Kondisi ekonomi keluarga yang kacau balau mengakibatkan ia sulit untuk bisa melanjutkan sekolah. Aku putus sekolah. Ekonomi keluarga yang tak lagi mampu untuk menopang biaya kehidupan kami sehari-hari, memaksaku untuk berhenti dari sekolah.

"Untungnya saya cepat sadar dari ini semua. Melihat kondisi ibu yang sangat memprihatinkan, berjuang dan bekerja di perkebunan karet mulai dari pagi hingga petang, membuatku tak tega melihatnya. Saya pun memutuskan untuk bekerja di toko pertanian," kata dia.

"Ini kulakukan semata-mata karena kasih sayangku kepada ibu. Biarlah Saya tidak sekolah, yang penting ibu tetap dalam keadaan baik dan selalu menyayangiku. Tak lagi aku berfikir untuk berbuat kenakalan. Tak lagi aku melakukan hal-hal yang dapat melukai hati ibuku," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement