Selasa 24 Feb 2015 09:28 WIB

Hapus Reputasi Buruk Islam, Motif Marinir AS Masuk Kesatuannya

Rep: c 13/ Red: Indah Wulandari
Wassef Ali Hassoun
Foto: AP
Wassef Ali Hassoun

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Seorang Muslim berkebangsaan Amerika Serikat meyakinkan dirinya untuk menjadi anggota korps marinir AS untuk membuang reputasi buruk Islam dari warga AS setelah peristiwa 11 September 2001.

Hal ini dilakui oleh Kopral Wassef Ali Hassoun (35 tahun) dalam pengadilan militer. Seperti yang dikutip laman latimes, Selasa (23/2), saat ini Hassoun sedang diadili di Lantaran menghilang saat perang di Irak 2004 kemudian menikah dengan wanita Lebanon.

Di markasnya di Fallouja, Irak, pada 2004, Hassoun pernah mengeluh tentang tugas perang yang diperpanjang. Menurut rekan-rekan marinirnya, dia menolak untuk melakukan tugas tertentu.  Tak ayal, pengadilan menuduhnya dua kali mangkir dari unitnya.  

Hassoun mengaku bersalah atas tindakannya.  Tapi, ia menyangkal dalam sangkaan desersi atas tuduhan pencurian dan penghancuran properti pemerintah. Sebab, hukumannya bisa mencapai 27 tahun penjara.

Jaksa militer menuduh Hassoun telah meminta seorang penerjemah Irak membuka rahasia tentang  tempat yang bisa dijadikan tempat persembunyian.

Kasus Hassoun ini juga dijadikan studi dinamika agama dan budaya dalam Korps Marinir. Lantaran berbuntut pada sejumlah tekanan yang dihadapi oleh  beberapa Muslim Amerika yang bertugas di militer AS.

Jaksa juga mencurigai adanya benturan budaya menjadi alasan dan motif Hossoun meninggalkan Marinir saat itu.

Pengacara Hassoun, Haytham Faraj mengatakan, jaksa mengatakan hal demikian agar memberi kesan telak bahwa Hassoun dan keluarganya berhubungan dengan pemberontak radikal.

"Yang perlu mereka tahu bahwa Hassoun dan keluarganya merupakan sebuah keluarga Amerika biasa dengan nama yang berbeda dan kulit yang agak coklat," kata Faraj.

Seorang jaksa menjelaskan, Hassoun sebagai orang yang berada di antara dua budaya. Sebab, ia dibesarkan sebagai seorang Arab Sunni serta keluarga Hassoun begitu menentang perang di Irak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement