Kamis 19 Feb 2015 17:44 WIB

'Soal Islam dan Muslim, Media Barat Bersikap tidak Adil'

Rep: c13/ Red: Agung Sasongko
Sekelompok orang menyalakan lilini di dekat kondominium Universitas North Carolina, Chapel Hill, AS, Rabu (11/2) untuk menghormati tiga Muslim korban penembakan.
Foto: AP Photo/The News & Observer, Al Drago
Sekelompok orang menyalakan lilini di dekat kondominium Universitas North Carolina, Chapel Hill, AS, Rabu (11/2) untuk menghormati tiga Muslim korban penembakan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini, umat Islam di Barat tengah menjadi sasaran Islamofobia. Situasi itu diperparah usai serangan terhadap majalah satir Prancis, Charlie Hebdo.

Duta Islam International Youth Committee (IYC) Religion for Peace, Dahnil Anzar Simanjuntak menyarankan agar pemerintahan barat mengawasi pola kerja media. “Sebab medialah yang menjadi faktor utama munculnya islamofobia,” ujarnya kepada ROL, Selasa (17/2).

Media Barat dalam pemberitaan bersikap tidak adil. Ini dilakukan agar harmonisasi kehidupan di negara Barat bisa terwujud. Karena itu, pemerintahan Barat perliu melakukan pengawasan agar media tidak asal memberitakan.

Selain itu, agar islamofobia berkurang, Dahnil menyarankaan agar umat Islam bisa menunjukkan bahwa Islam itu tidak identik dengan kekerasan. Menurutnya, masyarakat Barat perlu mendapat pemahaman mengenai hal ini. Sebab, selama ini masyarakat barat menilai Islam sebagai agama teroris dan kekerasan.

“Kita juga harus bisa menggambarkan Islam yang tidak identik dengan Timur Tengah yang notabenenya di sana sering mengalami kejadian kekerasan,” terang Dahnil.

Menurut Dahnil, Indonesia bisa menjadi gambaran Islam yang sebenarnya. Sebab, di Indonesia umat beragama manapun bisa hidup berdampingan dengan damai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement