REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ahmad Islamy Jamil
Selain Ottoman, Dinasti Mughal juga tercatat sebagai salah satu kerajaan yang memiliki peradaban megah dalam sejarah dunia Islam.
Hari ini, sisa-sisa kemegahannya tersebut masih dapat kita jumpai di sejumlah wilayah anak benua Asia, seperti Pakistan, Bangladesh, dan India.
Dinasti Mughal atau juga dikenal dengan sebutan Mogul, merupakan dinasti Islam yang menguasai sebagian besar kawasan utara India sejak 1526-1857.
Pada masa-masa selanjutnya, eksistensi kerajaan ini terus menyusut dan semakin melemah pengaruhnya hingga pertengahan abad ke-19.
Kerajaan Mughal menjadi masyhur lantaran kemampuannya mempertahankan pengaruh di tanah Hindustan selama dua abad lebih.
“Di samping itu, dinasti ini juga terkenal karena keberhasilannya mempersatukan masyarakat Hindu dan Muslim di bawah naungan satu negara India,” tulis Ensiklopedia Britannica.
Kemegahan peradaban Dinasti Mughal tidak terbatas pada Taj Mahal, Taman Shalimar, dan Masjid Agung Delhi saja. Masih banyak peninggalan lainnya dari kerajaan itu yang dapat kita saksikan sampai hari ini. Sebagian di antaranya bahkan masuk dalam daftar World Heritage Sites (Situs Warisan Dunia) UNESCO.
Benteng Lahore (Lahore Fort) yang terletak di Punjab, Pakistan, termasuk salah satu mahakarya arsitektur Dinasti Mughal. Bangunan kuno yang didirikan semasa pemerintahan Sultan Akbar ini memiliki panjang 426,7 meter dan lebar 340 meter.
Beberapa situs terkenal yang berada di dalam kompleks benteng ini, antara lain Sheesh Mahal, Gerbang Alamgiri, Paviliun Naulakha, dan Masjid Moti. Benteng Lahore ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada 1981.
Peninggalan lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah Benteng Merah (The Red Fort) yang menjadi kediaman sultan-sultan Mughal selama hampir 200 tahun (sampai 1857). Bangunan dengan luas total 103,06 hektare ini terletak di pusat Kota Delhi, India.
Selain menampung sultan dan anggota keluarganya, Benteng Merah juga menjadi pusat kegiatan pemerintahan Mughal.
Istana ini pertama kali dibangun oleh Syah Jehan pada 1648. “Dinamai Benteng Merah karena dinding bangunan ini dilapisi oleh batu pasir merah,” tulis laman UNESCO.