Selasa 17 Feb 2015 21:08 WIB

Ini Peran Lembaga Filantropi Islam di Wilayah Konflik

Rep: Dyah Meta Ratna Novia/ Red: Agung Sasongko
 Aksi teatrikal dari aktivis lembaga sosial ACT (Aksi Cepat Tanggap) untuk menggalang solidaritas serta mengutuk penindasan yang dialami oleh umat Islam di Suriah dan Myanmar. (Aditya Pradana Putra/Republika)
Aksi teatrikal dari aktivis lembaga sosial ACT (Aksi Cepat Tanggap) untuk menggalang solidaritas serta mengutuk penindasan yang dialami oleh umat Islam di Suriah dan Myanmar. (Aditya Pradana Putra/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT) Ahyudin mengatakan, saat ini  diberbagai negara di dunia banyak dilanda masalah kemanusiaan yang disebabkan oleh konflik maupun perang. Namun masalah kemanusiaan ini paling banyak menimpa umat Muslim.

Dalam konflik maupun perang, ujar dia, masyarakat sipil sering menjadi korban danmenderita. Oleh karena itu, berbagai lembaga filantropi Islam seperti Aksi Cepat Tanggap (ACT), Medical Emergency Rescue Committee (MER-C),  Dompet Dhuafa, Lembaga Amil Zakat Nahdlatul Ulama (LAZISNU), LAZIS Muhammadiyah memiliki peran penting untuk membantu masyarakat sipil yang menjadi korban konflik, perang, maupun bencana

alam.

"Lembaga  filantropi secara  moral dan  profesional mengambil peran untuk memberikan edukasi dan mengajak masyarakat  sipil di Indonesia  dan negara  lain untuk ikut meringankan beban dan memberikan solusi masalah kemanusiaan," kata Ahyudin, Selasa, (17/2).

Saat ini merupakan era di mana masyarakat sipil mengalami  ujian kemanusiaan. Setiap korban konflik maupun perang, apapun agamanya harus dibantu. Tugas lembaga filantropi, terang dia, mempermudah  masyarakat sipil yang nyaman dan bahagia untuk membantu masyarakat sipil yang menjadi korban perang , konflik, maupun bencana alam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement