REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak masuk SMP, siswi kelas 2 SMP HSG Khoriu Ummah Aisyah Nurul Fauziah (13 tahun) berjualan agar agar. Setiap bulan, begitu ayahanda Sugihmoro (45 tahun) mengirim uang saku, langsung ia belikan bahan baku. Ia masak dan cetak sendiri. Lalu dijual Rp 1500 per potong kepada teman temannya di dalam asrama.
Walau hasilnya hanya sedikit, ia merasa senang, lantaran jualannya tidak rugi sehingga dapat menambah sedikit membantu keperluan sekolah. Namun yang lebih penting dari itu, aktivitasnya itu menumbuhkan rasa percaya diri dan menempa jiwa kemandiriannya. Apalagi usaha yang dilakukannya tidak mengganggu prestasi belajarnya. Sehingga, sampai saat ini ia tetap berjualan agar agar buatannya sendiri.
Hafalannya pun lumayan. Anak kedua dari enam bersaudara tersebut kini sudah hafal lima juz Al-Qur’an. Padahal sebelum masuk SMP, ia belum hafal satu juz pun. Makanya, pada Desember 2014, remaja yang bercita cita sebagai juru masak dan desainer ditunjuk sekolah untuk mengikuti karantina dan maju untuk wisuda tahfidz Quran bersama dengan 30 anak santri di asramanya.
Saat ini, terdapat kendala pada pembiayaan sekolah warga komplek Peruri Blok S/10 RT 03/09 Kelurahan Sudimara Timur Kecamatan Ciledug Kabupaten Tangerang tersebut. Pasalnya uang tunggakan sekolahnya setiap bulan semakin membengkak.
Tidak jarang ayahanda dan ibunda Heny Suryani (41 tahun) datang ke sekolah yang beralamat di Jalan Tawakal RT 03/05 No 39 Bubulak, Bogor, untuk meminta waktu dalam melunasi tunggakannya agar anaknya tersebut dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Namun karena tunggakannya terbilang sangat besar, Aisyah terancam tidak dapat melanjutkan sekolah hingga batas akhir tahun ajaran baru ini.
Awalnya, Sugihmoro merasa mampu menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut. Namun baru saja Aisyah diterima di sekolah yang mengutamakan pembentukkan kepribadian Islam tersebut, bisnis Sugihmoro ambruk. Sugih bersikeras tidak memindahkan anaknya ke sekolah lain, dengan harapan bisnisnya akan kembali bangkit.
Ternyata, sampai saat ini, usaha kuliner soto, katering dan jas hujan yang dia jalankan belum juga membuahkan hasil. Satu satunya yang masih berjalan hanyalah kerja sampingannya sebagai guru les privat. Karena muridnya hanya empat orang, penghasilannya pun hanya cukup untuk makan. Sedangkan penghasilan Heny yang seorang guru, upahnya hanya cukup untuk menambal biaya sekolah adik adik Aisyah.
Agar pendidikan Aisyah tak putus di tengah jalan, melalui program Indonesia Belajar (IB), Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) menghimpun donasi dari kaum Muslimin. Sehingga Aisyah dapat menggapai cita citanya dan kita mendapat pahala karena telah membantu sesama. Aamiin.[]
Ayahanda Sugihmoro tak mampu berbuat banyak. Agar Aisyah menggenapi hafalannya, Yuk bantu selesaikan biaya pendidikannya. Klik link berikut untuk donasi.