REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ustaz Yusuf Mansur menilai, upaya konsolidasi dakwah di Indonesia mesti dimulai dengan introspeksi dari kalangan dai. Dengan begitu, nilai-nilai ibadah yang utama tidak dilalaikan dalam setiap aktivitas ceramah.
Ustaz Yusuf Mansur mencontohkan, sering kali dirinya melihat, ketika para dai menggelar sebuah pertemuan, ibadah shalat berjamaah bersama-sama di awal waktu justru terbengkalai. “Kadangkala, ibadahnya para jamaah lebih hebat ketimbang ibadahnya kami, para ustaz. Seringkali ketika rapat, misalnya, kami meninggalkan shalat berjamaah di awal waktu,” ujar Ustad Yusuf Mansur saat dihubungi ROL, Kamis (5/2) di Jakarta.
Selain itu, dalam pandangan pendiri Rumah Tahfidz Daarul Qur’an ini, belakangan ini mulai terasa, para dai dan ustaz terbawa arus materialistis. Bukan dalam arti, misalnya, mengumpulkan banyak uang.
Akan tetapi, lanjut Ustaz Yusuf Mansur, para dai lebih suka memakai ukuran duniawi dalam memandang persoalan umat Islam. “Misalnya, mengeluh, kita sih nggak punya media, dana, atau network bagus. Itu kan persoalan dunia semua. Padahal, dakwah kan perlunya hanya Allah,” terangnya.
Untuk itu, kata Ustaz Yusuf Mansur, dirinya mengajak agar para pemuka Muslim tidak berlebihan dalam mengkhawatirkan kendala duniawi dalam berdakwah. Sebab, dalam berdakwah para dai mesti yakin Allah bersama mereka. Sehingga, tantangan apa pun bisa dihadapi dengan jiwa tauhid yang kuat dan ketenangan pikiran.
“Kalau tidak begitu, ujung-ujungnya jadi skeptis dan pesimis. Padahal, sejak zaman Nabi SAW, kita umat Islam sebenarnya lebih tinggi dan punya banyak sekali kemungkinan menang. Karena Allah bersama kita,” pungkas ustaz.